REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring dengan semakin panasnya planet ini, kebutuhan akan lingkungan hidup yang sejuk menjadi semakin mendesak. Namun, pendingin ruangan merupakan kontributor utama terhadap pemanasan global karena setiap unitnya menggunakan gas rumah kaca bernama Chlorofluorocarbon.
Para ilmuwan berusaha menjawab bagaimana tolok ukur baru dalam pendinginan pasif di dalam bangunan yang dirancang khusus di cuaca panas, seperti California Selatan.
Mereka meneliti penggunaan material atap yang dapat memantulkan sinar matahari serta mengurangi panas yang diserap bangunan, dan bagaimana menggabungkannya dengan ventilasi yang digerakkan oleh suhu. Lapisan dan material dan cool radiator ini sering juga digunakan untuk mengatasi atap yang terlalu panas.
Para peneliti juga telah menggunakannya untuk meningkatkan heat rejection dari pendingin. Namun ada potensi yang belum dimanfaatkan untuk mengintegrasikannya ke dalam desain arsitektur secara lebih menyeluruh, sehingga mereka tidak hanya dapat mencegah panas dalam ruangan ke atmosfer secara pasif, tetapi juga mendorong pergantian udara yang teratur dan sehat.
"Kami menemukan bahwa kami dapat mempertahankan suhu udara beberapa derajat di bawah suhu lingkungan yang berlaku, dan beberapa derajat di bawah referensi gold standard untuk pendinginan pasif. Kami melakukan ini tanpa mengorbankan pergantian udara ventilasi yang sehat,” kata Remy Fortin, penulis utama dan kandidat PhD di Peter Guo-hua Fu School of Architecture di McGill University.
Ini merupakan tantangan yang cukup besar, mengingat pertukaran udara merupakan sumber pemanas ketika tujuannya adalah untuk menjaga ruangan lebih dingin. Para peneliti berharap temuan ini akan digunakan untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat yang menderita akibat pemanasan iklim yang berbahaya dan gelombang panas.
"Kami berharap para ilmuwan material, arsitek, dan insinyur akan tertarik dengan hasil penelitian ini, dan bahwa pekerjaan kami akan menginspirasi pemikiran yang lebih holistik tentang bagaimana mengintegrasikan terobosan dalam bahan pendingin radiatif dengan solusi arsitektur yang sederhana namun efektif," kata peneliti utama, Salmaan Craig, seperti dilansir Futurity, Rabu (11/10/2023)
Penelitian ini muncul di Cell Reports Physical Science. Peneliti tambahan dari McGill University, UCLA, dan Princeton turut berkontribusi dalam penelitian ini.