REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Platform teknologi berjuang untuk membendung gelombang misinformasi seputar permusuhan Palestina-Israel setelah membatalkan kebijakan moderasi konten. Gelombang misinformasi tersebut mulai dari akun palsu yang menyamar sebagai jurnalis hingga gim video bertema perang yang memicu narasi palsu.
Walaupun peristiwa-peristiwa besar di dunia biasanya memicu banjir kebohongan, para peneliti mengatakan skala dan kecepatan penyebaran misinformasi secara daring setelah serangan mematikan akhir pekan lalu terhadap Israel oleh kelompok militan Palestina Hamas tidak seperti sebelumnya.
Dilansir Japan Today, Rabu (11/10/2023), para ahli mengatakan konflik tersebut memberikan studi kasus yang suram tentang berkurangnya kemampuan platform terkemuka seperti Facebook milik Meta dan X untuk memerangi informasi palsu dalam iklim pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pemotongan biaya yang telah menghancurkan kepercayaan dan keselamatan tim.
Terkait X, yang memperburuk masalah pada X milik Elon Musk, khususnya, adalah serangkaian tindakan kontroversial seperti pemulihan akun yang mendorong konspirasi palsu dan program pembagian pendapatan iklan dengan pembuat konten yang menurut para peneliti memberi insentif pada keterlibatan, bukan akurasi.