REPUBLIKA.CO.ID, ACEH -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus menggencarkan berbagai strategi untuk mewujudkan masyarakat yang adaptif dan tangguh terhadap ancaman bencana gempa bumi dan tsunami. Diantaranya melalui Sekolah Lapang Gempa bumi dan Tsunami (SLG) serta Program Tsunami Ready Community di seluruh penjuru Indonesia.
"Dua strategi tersebut menjadi senjata kami untuk mewujudkan target zero victim dengan mendorong kesiapsiagaan masyarakat, selain tentunya pengembangan dan penguatan teknologi sistem peringatan dini," ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam Aceh International Workshop and Expo on Sustainable Tsunami Disaster Recovery yang diselenggarakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta bekerja sama dengan Universitas Syah Kuala, seperti dikutip dari laman resmi bmkg.go.id, Kamis (12/11/2023).
Dwikorita yang hadir secara daring menyampaikan bahwa kesenjangan pengetahuan di masyarakat mengenai gempa bumi dan tsunami coba diisi BMKG dengan menggandeng Pemerintah Daerah dan BPBD, melalui SLG dan Program Tsunami Ready Community. Harapannya, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana tidak panik karena terampil apa yang harus dilakukan jika bencana gempa bumi dan tsunami terjadi sewaktu-waktu.
Di SLG, kata Dwikorita, BMKG memberikan informasi mengenai potensi bahaya gempa bumi dan tsunami di daerah pelaksanaan. BMKG juga membantu pemerintah daerah setempat dengan memberikan Peta Bahaya Tsunami di lokasi pelaksanaan. Hal ini bertujuan agar sebagai acuan pemerintah daerah dalam menyusun mitigasi gempa bumi dan tsunami di daerahnya.
Sementara, Tsunami Ready Community adalah program peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman tsunami dengan berbasis pada 12 indikator yang telah ditetapkan UNESCO-IOC. Tujuannya, menyiapkan masyarakat agar senantiasa siap siaga dan tidak gagap dalam menghadapi ancaman gempabumi dan tsunami. Selain itu, guna mewujudkan SAFE OCEAN, salah satu outcome dari UNDecade for Ocean Science.
Masyarakat harus sigap respon peringatan dini ...