Kamis 12 Oct 2023 10:12 WIB

Prabowo Dinilai Lebih Bernyali dan Berdaulat Ketimbang Ganjar

Foto capres Ganjar memeluk Maruarar Sirait yang dihapus menjadi perbincangan publik.

Foto pelukan capres Ganjar Pranowo dan Maruarar Sirait dihapus.
Foto: Tangkapan layar
Foto pelukan capres Ganjar Pranowo dan Maruarar Sirait dihapus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peristiwa hilangnya foto pelukan antara capres PDIP Ganjar Pranowo dan penggagas Network for Ganjar, yaitu Maruarar Sirait alias Ara di Instagram masih menjadi perbincangan publik. Ganjar yang mengunggah foto itu bersama Ara, kemudian menghapus dan mengunggah foto sendirian bersama relawan.

Hal itu malah menunjukkan posisi lemah Ganjar, karena tidak punya nyali. Direktur Eksekutif Partner Politics Indonesia, AB Solissa menyebut, penghapusan foto Ara karena ada sosok yang bisa mengendalikan Ganjar dari balik layar.

Baca Juga

Dia heran, posisi Ara yang mendukung penuh Ganjar pada Pilpres 2024, malah diabaikan. Namun, bukannya merasa bangga akan dukungan yang datang, Ganjar justru menghilangkan jejak Ara terhadapnya.

Solissa pun menilai, Ganjar benar-benar sudah kehilangan independensi, karena tidak bernyalinya saat menghadapi tekanan. "Kalau itu benar, Ganjar menghapus fotonya dengan Maruarar Sirait karena ada tekanan dari atas maka independensi Ganjar sebagai seorang capres pun lemah," kata saat dihubungi di Jakarta, Kamis (12/10/2023).

Dia pun membagikan momen kelabilan Ganjar sudah terlihat kala dirinya menjadi penyebab gagalnya Piala Dunia U-20 pada awal 2023. Ganjar menolak kedatangan timnas Israel hingga FIFA membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah.

Sikap tersebut membuktikan ketidakmampuan Ganjar menjaga independensinya sebagai capres. Menurut Salossa, sikap Ganjar sangat jauh berbeda dari sosok capres Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo Subianto.

Solissa pun mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo soal pemimpin Indonesia pada masa depan. Jokowi pernah berpesan agar masyarakat memilih pemimpin untuk Indonesia yang memiliki keberanian, nyali yang besar, dan tidak gentar menghadapi tekanan dari negara lain.

Pernyataan itu diungkapkan Jokowi pada saat menghadiri acara Rapimnas Solidaritas Ulama Muda Jokowi. Dihadapan para pendukungnya, Jokowi secara tegas membeberkan karakter pemimpin yang pantas menjadi presiden Indonesia selanjutnya.

"Karena memang sekali lagi, ke depan dibutuhkan pemimpin yang memiliki keberanian, dibutuhkan pemimpin yang bernyali, memiliki nyali yang tinggi, dibutuhkan pemimpin yang berani mengambil risiko," ujar Jokowi di Jakarta pada Sabtu (7/10/2023).

Berangkat dari pernyataan Jokowi, Salossa menilai, capres Prabowo sebagai pemimpin berani dan bernyali besar. Prabowo bahkan pernah menghadapi tekanan dari berbagai negara Eropa kala menyatakan perdamaian di Rusia dan Ukraina.

"Kala itu Prabowo mendapat tekanan yang besar dari seluruh dunia, namun dengan nyali dan mental yang kuat, semua itu bisa dilaluinya dengan baik," kata Salossa mengakhiri.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement