REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pemimpin oposisi, Benny Gantz membentuk kabinet perang pada Rabu (11/10/2023) dengan tujuan perang melawan Hamas. Kabinet perang ini terdiri dari Netanyahu, Gantz, dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant.
Selain ketiga tokoh ini, menurut surat kabar Israel, Haaretz, mantan kepala staf IDF Gadi Eizenkot dan Menteri Urusan Strategis Ron Dermer akan bertindak sebagai observer dalam kabinet perang. "Kami akan melenyapkan Hamas, ISIS-Gaza, dari muka bumi. Mereka tidak akan ada lagi," ujar Gallant.
Pengumuman ini muncul ketika Israel meningkatkan serangan terhadap Gaza. Israel membombardir Gaza sebagai tanggapan atas serangan mengejutkan Hamas dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel selatan pada Sabtu (7/10/2023).
Dalam sebuah pernyataan bersama, Netanyahu mengatakan, mereka telah mengesampingkan perbedaan karena nasib negara sedang dipertaruhkan. Sementara mengatakan, ini adalah waktu untuk bersatu dan menang.
“Ada waktu untuk damai dan ada waktu untuk perang. Sekarang adalah waktu untuk perang,” kata Gantz.
Selama pertempuran dengan Hamas di Gaza, pemerintah darurat atau kabinet perang tidak akan mengambil kebijakan atau undang-undang lain, selain kebijakan perang melawan Hamas. Pemimpin oposisi Yair Lapid diperkirakan tidak akan bergabung dengan pemerintahan darurat tersebut.