REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Israel diduga menggunakan bom fosfor putih saat menyerang Gaza, Palestina, bahkan mengarahkannya ke daerah padat penduduk. Dugaan itu muncul setelah bermunculannya sejumlah video terkait serangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di media sosial.
Meskipun belum ada konfirmasi apakah video-video ini benar-benar merupakan serangan terkini Israel ke Gaza, kemungkinan sekecil apa pun tentang serangan bom fosfor putih telah menimbulkan keresahan. Pasalnya, penggunaan bom fosfor dilarang.
Pelanggarannya termasuk kejahatan perang, mengingat bom tersebut mempunyai kemampuan menyebabkan kerusakan skala besar. Mei 2023, bom jenis juga dilaporkan digunakan Rusia saat menyerang Kota Bakhmut di Ukraina.
Apa itu bom fosfor putih? Dikutip dari laman DailyO, Kamis (12/10/2023), substansi bom ini adalah fosfor putih, yakni bahan kimia lilin kekuningan dengan bau menyengat seperti bawang putih. Sifatnya sangat mudah terbakar, dengan kapasitas penerangan dan kerusakan parah bila terkena udara setelah dinyalakan, menghasilkan panas yang hebat, cahaya, dan asap putih pekat.
Laman India Times menyebutkan, berdasarkan sejarah, fosfor putih dalam bentuk senyawa karbon disulfida pertama kali digunakan oleh pelaku pembakaran nasionalis Irlandia pada abad ke-19. "Api Fenian" adalah nama yang diberikan untuk ramuan ini.
Pada 1916, polisi di Sydney, Australia, menangkap 12 pekerja industri karena menggunakan bahan kimia ilegal ini, tepat sebelum Perang Dunia I pecah. Fosfor putih juga diduga digunakan kembali oleh orang-orang yang sama pada 1920.
Menurut laporan lain, fosfor putih digunakan secara luas selama Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Di Perang Dunia I, Angkatan Darat Inggris pertama kali memperlihatkan granat fosfor putih buatan pabrik pada akhir 1916. Selama Perang Dunia I, militer Amerika Serikat, negara-negara Persemakmuran, dan Jepang juga menggunakan bom fosfor putih.
Selama pemberontakan Irak tahun 1920, Angkatan Udara Kerajaan yang ditempatkan di Irak menggunakan bom fosfor di Provinsi Anbar. Ketika invasi Nazi ke negara kepulauan Inggris kemungkinan besar terjadi pada tahun 1940, diyakini bahwa Albright dan Wilson, produsen fosfor, menawarkan agar pihak berwenang Inggris menggunakan bahan yang mirip dengan api Fenian dalam berbagai senjata pembakar.
Wujudnya termasuk senjata anti-tank yang dengan cepat segera dikerahkan pada 1940, ketika Inggris bersiap menghadapi kemungkinan invasi Jerman setelah kehilangan sebagian besar senjata modern mereka dalam evakuasi Dunkirk. Senjata fosfor kemudian digunakan secara luas di Korea, Vietnam, dan kemudian oleh pasukan Rusia dalam Pertempuran Chechnya pertama dan kedua.
Dilaporkan GlobalSecurity.org, setiap artileri atau mortir Rusia keempat atau kelima yang ditembakkan selama Pertempuran Grozny selama Perang Chechnya pertama di Chechnya adalah peluru dari fosfor putih. Selain itu, Angkatan Darat AS banyak menggunakan bom fosfor putih dalam Perang Irak.
Selama perselisihan Arab-Israel, Israel juga dituding menggunakan fosfor putih. Amunisi fosfor putih juga digunakan oleh militer AS di Afghanistan pada 2009. Selama Perang Nagorno-Karabakh di 2016, pasukan Armenia diduga meluncurkan artileri fosfor putih 122 mm ke wilayah Azerbaijan. Armenia, sebaliknya, dengan tegas menolak memanfaatkannya. Selama Perang Saudara Suriah, AS menuduh pasukan Rusia menembakkan bom fosfor putih di Aleppo.
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi pada 1972, yang menentang penggunaan senjata yang dapat menimbulkan penderitaan yang tak terbayangkan pada warga sipil. Pada 1980, dunia menyetujui Protokol III perjanjian Larangan atau Pembatasan Penggunaan Senjata Pembakar PBB, yang melarang atau membatasi penggunaan senjata seperti bom fosfor putih.