REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Abbas bin Abdul Muthalib ra adalah paman Rasulullah saw. Abbas atau yang kerap disapa sebagai Abu Fadhil ini, salah satu keluarga Nabi yang sangat terpukul pasca wafatnya Nabi Muhammad saw.
Semasa hidupnya, Abbas juga selalu menemani dakwah Nabi Muhammad saw karena umur mereka yang tidak terpaut jauh. Abbas merupakan adik bungsu Abdullah (ayah Nabi Muhammad) yang lahir beberapa tahun pasca serangan pasukan Gajah di Makkah.
Dalam buku Abbas bin Abdul Muthalib karya Arief Priambudi, Abbas adalah sosok yang pemurah, memiliki akhlak dan budi pekerti yang mulia. Ia juga selalu menjaga tali silaturahmi.
Abbas merupakan orang yang memiliki kedudukan yang tinggi di kalangan Quraisy. Ia juga sanggup membela Rasulullah dari bencana dan kejahatan mereka, ketika Nabi saw menyebarkan dakwahnya secara terang-terangan.
Sepeninggal Rasulullah, Abbas terus berkomitmen untuk membimbing kaum Muslimin agar mereka selalu berada di bawah petunjuk Alquran dan Sunnah.
Pada masa khalifah Umar bin Khattab, kemarau panjang pernah menjadi musim yang menakutkan bagi kaum Muslimin. Hingga banyak laporan yang diterima khalifah Umar dari berbagai daerah yang mengalami kesulitan hingga kelaparan.
Kemudian Khalifah Umar mendatangi rumah Abbas ra dan menceritakan kesulitan yang dihadapi penduduk Makkah dan Madinah.
Lalu keesokan harinya, Amirul Mukminin Umar keluar bersama-sama Kaum Muslimin ke lapangan terbuka, untuk melakukan shalat istisqa' atau shalat minta hujan.
Mereka berdoa merendahkan diri kepada Allah Yang Maha Penyayang, agar Allah mengirimkan awan dan menurunkan hujan kepada mereka.
Umar berdiri sambil memegang tangan kanan Abbas dengan tangan kanannya, ia mengangkatnya ke arah langit dengan berkata:
"Ya Allah, sesungguhnya kami pernah memohonkan hujan dengan perantaraan Nabi-Mu, pada masa beliau masih berada di antara kami. Ya Allah, sekarang kami meminta hujan pula dengan perantaraan paman Nabi-Mu, maka mohonlah kami diberi hujan!"
Abbas lalu meneruskan munajat itu. Ia bersholawat dan berdoa, dengan puja dan puji kepada Allah SWT.
“Ya Allah,” pintanya, “Engkau yang mempunyai awan dan Engkau pula yang mempunyai air. Sebarkanlah awan-Mu dan turunkanlah air-Mu kepada kami. Hidupkanlah semua tumbuh-tumbuhan dan suburkanlah semua air susu. Ya Allah, Engkau tidak mungkin menurunkan bencana kecuali karena dosa dan Engkau tidak akan mengangkat bencana kecuali karena tobat. Kini umat ini sudah menghadapkan dirinya kepada-Mu, maka turunkanlah hujan kepada kami.”
Ternyata, doanya itu langsung diijabah Allah SWT. Kaum Muslimin belum sempat meninggalkan tempat, awan tebal telah datang dan hujan lebat pun turun. Hujan telah memberikan sukacita, menyiram bumi dan menyuburkan tanah. Para sahabat pun menemui Abbas, mereka menciumnya serta mengambil berkat dengannya sambil berkata: "Selamat kami ucapkan untuk Anda, wahai penyedia air minum Haramain (Makkah Madinah)"