REPUBLIKA.CO.ID, NGAMPRAH — Adanya kasus dugaan keracunan makanan yang dialami sejumlah siswa menjadi atensi Penjabat (Pj) Bupati Kabupaten Bandung Barat Arsan Latif. Ia meminta dinas terkait meningkatkan pengawasan jajanan atau makanan yang dijual pedagang di sekitar lingkungan sekolah.
“Segera mengecek betul ini. Kepala Dinas Kesehatan untuk pantau semua tempat-tempat yang berpotensi untuk ada penjualan makanan yang berisiko,” kata Arsan di Kantor Bupati Bandung Barat, Kamis (12/10/2023).
Menurut Arsan, perlu dilakukan pembinaan juga terhadap para pedagang di sekitar sekolah terkait keamanan makanan untuk dikonsumsi.
Ihwal penyediaan fasilitas kantin di sekolah, Arsan mengatakan, masih perlu dikomunikasikan dengan Dinas Pendidikan maupun seluruh kepala sekolah agar tidak menjadi masalah ke depannya.
“Karena juga ini masalah ekonomi yang berputar. Kalau nanti ada kantin di dalam (sekolah), kesannya nanti hanya mereka yang dihidupi, masyarakat yang di luar bagaimana,” ujar Arsan.
Sebelumnya, dikabarkan ada 35 siswa SDN 3 Jati, Saguling, Kabupaten Bandung Barat, yang mengalami gejala keracunan makanan dan menjalani perawatan, diduga setelah mengonsumsi jajanan cimin. Satu orang di antaranya meninggal dunia.
Kemudian, pada Rabu (11/10/2023), dilaporkan setidaknya 20 siswa SDN 1 dan 2 Cimerang, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, mengalami gejala keracunan. Diduga gejala keracunan itu muncul setelah para siswa mengonsumsi jajanan yoghurt.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung Barat Hernawan Wijayanto mengatakan, ihwal penyebab gejala yang dialami siswa SDN 1 dan 2 Cimerang masih diselidiki. Sampel yoghurt dan muntahan korban disebut sudah diambil untuk dilakukan uji laboratorium. Ia mengatakan, pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Kesehatan Jawa Barat.