Kamis 12 Oct 2023 16:17 WIB

Warga Gaza Terjebak dan tak Punya Tempat Berlindung

Satu-satunya perbatasan yakni Mesir telah diblokir sehingga warga Gaza pun terjebak

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Tank Israel bergerak di dekat perbatasan Israel Gaza, Israel, Rabu (11/10/2023).
Foto: AP Photo/Erik Marmor
Tank Israel bergerak di dekat perbatasan Israel Gaza, Israel, Rabu (11/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Sebagian besar 2,3 juta populasi di Jalur Gaza tidak memiliki pasokan listrik dan air. Saat Israel menghujani daerah kantong permukiman kecil mereka, warga tidak punya tempat untuk lari.

Wilayah Palestina, salah satu tempat paling padat di dunia, dikepung sejak Sabtu (7/10/2023) dalam pengeboman terus-menerus yang menurut para pejabat kesehatan Gaza telah menewaskan lebih dari 1.000 orang. Serangan tersebut merupakan pembalasan atas serangan mendadak gerakan perjuangan pembebasan Palestina ke Israel. Militer Israel mengklaim serangan Hamas menewaskan lebih dari 1.200 orang.

Baca Juga

Satu-satunya pembangkit listrik di Gaza, yang telah bekerja sebentar-sebentar selama berhari-hari, padam pada Rabu (9/10/2023) setelah kehabisan bahan bakar. Tanpa listrik, air tidak dapat dipompa ke rumah-rumah. Pada malam hari, hampir semuanya gelap gulita, diselingi oleh bola api dan cahaya dari ponsel yang digunakan sebagai senter.

"Saya hidup melalui semua perang dan serangan pada masa lalu, tetapi saya tidak pernah menyaksikan yang lebih buruk dari perang ini," kata Yamen Hamad, 35 tahun, seorang ayah dari empat orang anak, yang rumahnya hancur akibat serangan Israel di Kota Beit Hanoun, Gaza Utara, Rabu kemarin.