REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Dua kasus dugaan bunuh diri yang dilakukan mahasiswa terjadi di Semarang pada 10 hingga 11 Oktober 2023. Situasi ini pun menimbulkan keprihatinan dari masyarakat termasuk Dosen Psikologi dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Uun Zulfiana.
Menurut dia, keinginan untuk bunuh diri sebenarnya dapat dihilangkan dari diri seseorang. Sebab, dia meyakini setiap masalah pasti memiliki solusinya. "Tinggal caranya yang harus kita temukan," kata Uun saat dikonfirmasi Republika, Jumat (13/10/2023).
Cara pertama dengan mencari alasan untuk hidup sekecil apapun. Kemudian mengubah persepsi tentang kebahagiaan. Artinya, kebahagiaan jangan selalu berkaitan dengan hal yang tak dapat dicapai. Makna kebahagiaan harus dapat diubah dari sisi lain
Cara terakhir dengan menemukan sistem pendukung yang tepat. Dengan kata lain, seseorang harus menemukan dukungan tersebut, baik dari teman, keluarga maupun lingkungan.
Hal yang pasti, kata dia, juga perlu ada keterlibatan keluarga dan masyarakat agar fenomena bunuh diri dapat dihindari. Menurut dia, masyarakat perlu meningkatkan rasa empati dan peka terhadap perubahan apapun yang terjadi di sekitar. Jika menemukan keganjalan seseorang seperti tiba-tiba merokok, maka sudah seharusnya diobservasi.
Langkah selanjutnya yang dapat dilakukan keluarga dan masyarakat guna mencegah bunuh diri, yakni mendengarkan. Jika tidak dapat memberikan solusi atas masalah seseorang, maka mendengarkan saja sudah cukup. Kemudian cara terakhir dengan membawa rekan ke profesional apabila masalahnya sudah berat.
Adapun penyebab bunuh diri, Uun menegaskan, masalah ini sebenarnya harus dilakukan asesmen secara mendalam. Namun perilaku bunuh diri biasanya terjadi karena kecemasan berlebihan. Kemudian juga bisa karena depresi yang luar biasa pengaruhnya.
Penyebab bunuh diri juga dapat disebabkan ketika orang sudah di titik menyerah dan tidak tahu cerita ke siapa. Kemudian juga karena terdapat tekanan hidup atau problematika yang luar biasa. Itu akan mengarah pada bunuh diri apalagi ketika mereka sudah mulai merasa muak.
"Ketika seseorang telah bertubi-tubi mendapatkan tekanan, terkadang kita sampai mual, muak. Kayak overload. Itu impact buruknya akan menjadi flat. Kita sudah sulit merasakan, 'oh aku ini bahagia, oh aku ini sakit'. Itu sudah tidak bisa. Itu memang kerentanan berada di fase flat di mana fase flat itu akan sangat rentan menjadi depresi. Depresi bisa muncul dan berakhir dengan mengakhiri hidup," kata dia menambahkan.