REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Komunitas Muslim di seluruh dunia, termasuk di Majid Al Aqsa, berkumpul di masjid untuk melakukan shalat Jumat pertama sejak perang antara Hamas-Israel meletus. Beberapa negara memberikan perhatian pada khutbah Jumat menyoroti konflik tersebut.
Polisi Israel hanya mengizinkan pria lanjut usia, perempuan, dan anak-anak untuk beribadah di kompleks Masjid Al Aqsa. Tindakan ini dilakukan dalam upaya untuk mencegah potensi kekerasan karena puluhan ribu orang hadir pada pelaksanaan shalat Jumat.
“Kami tidak bisa hidup, kami tidak bisa bernapas, mereka membunuh segala sesuatu yang baik dalam diri kami,” kata Ahmad Barbour, seorang petugas kebersihan berusia 57 tahun yang mengenakan pakaian thobe putih bersih, marah setelah polisi menghalanginya masuk untuk salat.
Sedangkan di ibu kota Irak, Baghdad, puluhan ribu orang berkumpul di Lapangan Tahrir untuk melakukan protes yang diserukan oleh ulama Syiah berpengaruh dan pemimpin politik Muqtada al-Sadr.
“Semoga demonstrasi ini… menakuti kejahatan besar, Amerika, yang mendukung terorisme Zionis terhadap orang-orang yang kita cintai di Palestina,” kata al-Sadr dalam pernyataan daring.
Di seluruh Iran, yang merupakan pendukung Hamas dan musuh bebuyutan regional Israel, para demonstran melakukan protes. Di Teheran, mereka membakar bendera Israel dan Amerika sambil meneriakkan: “Matilah Israel”, “Matilah Amerika”, “Israel akan hancur”, dan “Palestina akan menjadi penakluk.”
“Rakyat Palestina sudah muak, sekarang ide Anda adalah menghancurkan Gaza, rumah-rumah rakyat,” kata Presiden Iran Ebrahim Raisi dalam pidatonya di provinsi Fars di selatan negara itu.
“Orang-orang di dunia dan Palestina akan menimbulkan masalah bagi Anda," ujarnya.
Sedangkan di ibu kota Pakistan, Islamabad, seorang ulama di Masjid Merah memohon kepada Allah untuk mengirimkan bantuan khusus kepada warga Palestina. “Ya Allah hancurkan Israel! Pisahkanlah menjadi beberapa bagian,” kata Abdul Aziz dalam khutbah yang penuh emosi di sebuah masjid yang penuh sesak, tempat sekitar 900 jamaah berkumpul untuk shalat Jumat.
Dalam doa dan khutbah khusus, Aziz memohon agar Allah membantu semua orang yang ingin mengikuti jihad atau perang melawan Israel di wilayah Palestina. “Ya Allah mudahkan mereka untuk sampai ke sana, dan berkahi kami dengan wafatnya seorang syahid,” ujar Abdul Aziz dengan suara ergema melalui pengeras suara masjid.
Khutbah serupa diadakan di masjid-masjid di seluruh negeri, termasuk di pusat kota besar Karachi dan Lahore. Partai-partai Islam mengadakan demonstrasi anti-Israel setelah shalat Jumat.
Orang-orang berdoa untuk kemenangan Palestina dan para ulama menggunakan khutbah untuk memotivasi para jamaah agar tetap mendoakan orang-orang Palestina. Doa ini dihantarakan sebagai penguat dan penolong meskipun mereka tidak dapat ikut berperang melawan Israel.
Sedangkan di Sanaa Yaman yang dikuasai oleh Houthi yang didukungan Iran menampilkan demonstrasi mellaui tayangan langsung di televisi. Para demonstran berkerumun di jalan-jalan dan mengibarkan bendera Yaman dan Palestina.
Setelah shalat Jumat di Islamabad, ibu kota Pakistan, beberapa jamaah menginjak bendera Amerika dan Israel, sebagai tanda tidak hormat. Protes di sana bubar dengan damai, meskipun protes yang lebih besar diperkirakan akan terjadi pada hari berikutnya.
“Berhenti membom Palestina! Berhentilah membunuh warga Palestina yang tidak bersalah!" teriak salah satu pengunjuk rasa, Ahmed Raza.
Sekitar 1.000 Muslim berunjuk rasa di ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur, setelah shalat Jumat. Mereka menunjukkan solidaritas terhadap Palestina.
Para demonstran meneriakkan slogan “Bebaskan Palestina” dan “Hancurkan Zionis”. Mereka membakar dua patung bergambar bendera Israel.
“Masalah Israel-Palestina ini lebih dari sekedar masalah agama, ini adalah masalah kemanusiaan,” kata mahasiswa Malaysia Yasmin Hadi Abdul Halim.
Mantan perdana menteri Mahathir Mohamad termasuk di antara mereka yang menghadiri acara tersebut. “75 tahun yang lalu, mereka merampas tanah Palestina untuk mendirikan Israel. Tidak puas, mereka terus mengambil lebih banyak lahan,” katanya.
“Ini bukan sekedar perampasan tanah. Rakyat Palestina menjadi sasaran penyiksaan, pembunuhan, pemenjaraan, dan penahanan yang lama. Hamas melakukan apa yang mereka lakukan karena penindasan (oleh Israel) selama beberapa dekade," ujar Mahathir.
Puluhan orang lainnya menghadiri unjuk rasa yang lebih kecil di luar Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) yang menutup pintunya bagi pengunjung sebagai tindakan pencegahan keamanan. Demonstrasi berakhir dengan damai.
Sedangkan para pemuka agama Islam di Indonesia mengimbau seluruh masjid di negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia ini untuk mendoakan perdamaian dan keselamatan bagi rakyat Palestina.
Dewan Masjid Indonesia mengimbau seluruh masjid untuk menunaikan shalat Qunut Nazilah yang dilakukan untuk perlindungan. Shalat ini untuk memohon pertolongan Allah agar konflik di Jalur Gaza segera berakhir. Shalat itu dilaksanakan bersamaan dengan shalat Ghaib.
Lebih dari 200 orang juga berunjuk rasa di depan Monumen Nasional di Jakarta pada Jumat. Mereka mengibarkan spanduk yang menyatakan solidaritas terhadap Palestina.