REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya mengungkapkan revitalisasi Masjid Raya Baiturrahman Semarang dapat memberikan kontribusi ekonomi kepada daerah dan masyarakat Kota Semarang, Jawa Tengah.
"Kami berharap peningkatan pendapatan masyarakat secara berkelanjutan sebagai dampak dari revitalisasi bangunan cagar budaya," ujar Direktur Bina Penataan Bangunan Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya Cakra Nagara dalam seminar daring yang diikuti di Jakarta, Jumat (13/10/2023).
Cakra Nagara menambahkan, terkait dengan pembangunan atau penataan cagar budaya tersebut, ada beberapa pelajaran yang dapat diambil. Seperti penanganan teknis bangunan cagar budaya, pemanfaatan dan pengelolaannya, serta memberikan wawasan mengenai eksistensi bangunan cagar budaya dalam kontribusi ekonomi.
"Penataan bangunan cagar budaya besar sekali manfaatnya, ini menelisik sejarah kita di masa lalu karena seperti halnya yang disampaikan oleh para sejarawan adalah jangan melupakan sejarah. Jadi sejarah ini memberikan semangat kepada kita bagaimana melakukan pembangunan di wilayah tersebut," kata dia.
Masjid Raya Baiturrahman Semarang sudah menjadi bangunan cagar budaya yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Semarang. Renovasi bangunan dan penataan kawasan pusaka Masjid Baiturrahman dilaksanakan sejak Agustus 2021 dan selesai Agustus 2022 dengan biaya sebesar Rp 92,58 miliar. Penataannya menerapkan konsep bangunan gedung hijau yang dinamis dan modern.
Masjid Baiturrahman merupakan ikon Jawa Tengah, khususnya bagi masyarakat Semarang. Masjid ini merupakan kebanggaan masyarakat Semarang sebagai pusat ibadah umat dan pusat edukasi seni budaya serta pendidikan.
Setelah dilakukan penataan, Masjid Raya Baiturrahman Semarang memberikan kemanfaatan antara lain ada lift dan jalur difabel yang memudahkan para penyandang disabilitas. laman masjid yang dimanfaatkan untuk plaza seperti taman dan penghijauan.
Kemudian kemanfaatan lainnya yaitu jalur jamaah masuk masjid lebih banyak, masjid lebih tertata, indah dan nyaman, bangunan tidak kalah dengan bangunan di sekitarnya, dan di luar fungsi ibadah dan pusat kajian maka masjid ini juga menjadi magnet bagi wisata religi.
Dalam kesempatan sama, Pengamat perkembangan kota Woerjantari Kartidjo dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan bahwa dua magnet daya tarik kota yakni Masjid Raya Baiturrahman Semarang dan Alun-Alun Simpang Lima Kota Semarang boleh dikatakan menjadi city branding bagi Kota Semarang.
"Hal ini tentunya menjadi dasar untuk nantinya menjadi kunjungan destinasi wisata di dalam kota sekitarnya," kata Woerjantari Kartidjo.