REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Salah satu lembaga PBB, UNICEF, menyatakan korban pemboman di Jalur Gaza oleh Israel termasuk sejumlah besar anak-anak. UNICEF mendesak kekerasan untuk segera dihentikan.
Juru bicara UNICEF James Elder mengutip angka dari Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan, laporan angka terbaru menunjukan 447 anak telah terbunuh di Gaza. UNICEF menegaskan, demi keselamatan anak-anak, gencatan senjata dan koridor kemanusiaan diperlukan di Gaza.
“Kami takut dengan pemandangan yang datang dari Gaza. Banyak anak-anak yang menjadi korbannya,” kata UNICEF pada Jumat (13/10/2023).
Elder mengatakan dikutip dari Anadolu Agency, ratusan anak-anak dibunuh dan terluka setiap jam di Gaza. Laporan tersebut menekankan, bahwa satu juta orang tidak memiliki tempat yang aman untuk dituju.
“Ini tidak bisa diterima dan kekerasan harus segera dihentikan,” ujar badan PBB tersebut.
Dalam peningkatan ketegangan Timur Tengah yang dramatis, pasukan Israel melancarkan kampanye militer yang berkelanjutan dan kuat terhadap Jalur Gaza. Konflik tersebut dimulai ketika Hamas memulai Operasi Badai Al Aqsa terhadap Israel, sebuah serangan mendadak yang memiliki banyak aspek termasuk rentetan peluncuran roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara pada 7 Oktober.
Hamas mengatakan operasi tersebut merupakan pembalasan atas penyerbuan Masjid Al Aqsa di wilayah pendudukan Yerusalem Timur dan meningkatnya kekerasan pemukim Israel terhadap warga Palestina. Militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi terhadap sasaran Hamas di Jalur Gaza.
Respons Israel meluas hingga memotong pasokan air dan listrik ke Gaza. Tindakan ini semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang terkepung seja 2007.