REPUBLIKA.CO.ID, Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Jumat (13/10/2023), memperingatkan akan adanya bencana Nakba kedua yang dihadapi warga Palestina setelah tentara Israel memerintahkan lebih dari 1 juta orang untuk mengungsi dari Gaza utara.
75 tahun silam, rakyat Palestina mengalami peristiwa menyakitkan, yakni diusir dari tanah airnya sendiri. Hingga kini peristiwa menyakitkan yang dikenal sebagai hari Nakba itu selalu diperingati setiap tanggal 15 Mei.
Nakba, yang dapat diartikan bencana atau malapetaka, adalah momen terusirnya lebih dari 750 ribu warga Palestina ketika Israel berdiri pada Mei 1948. Pembantaian dan genosida yang dilakukan milisi Zionis kala itu turut mendorong warga Palestina berbondong-bondong meninggalkan tanah mereka.
Terdapat puluhan pembantaian yang dilakukan milisi Zionis sebelum, sesaat, dan sesudah Israel dideklarasikan berdiri sebagai sebuah negara. Jewish Irgun, Haganah, dan Stern Gang adalah tiga milisi Zionis yang terlibat dalam aksi pembantaian tersebut.
Dikutip laman Aljazirah, berikut lima pembantaian yang dilakukan ketiga milsi Zionis itu.
1. Balad al-Sheikh
Pada 31 Desember 1947, milisi Zionis Haganah melakukan serangan besar pertama terhadap desa Balad al-Sheikh yang terletak di sebalah timur kota Haifa. Menurut Walid Khalidi dalam bukunya “All That Remains”, sebanyak 60 hingga 70 warga Palestina tewas diserangan kelompok Haganah.
Perintah dari pemimpin Haganah adalah untuk membunuh lelaki dewasa sebanyak mungkin. Dalam aksinya Palmach (pasukan elite Haganah) melepaskan berondongan tembakan dan meledakkan rumah-rumah di Balad al-Sheikh. Mereka kemudian memilah para lelaki dewasa untuk dibunuh.
Setelah penyerangan dan pembantaian tersebut, pada 7 Januari 1948, banyak warga Palestina yang tersisa di Balad al-Sheikh memutuskan meninggalkan desa tersebut. Pada akhir April 1948, pasukan Zionis mencaplok dan menduduki wilayah itu.
2. Saasaa
Pada 1948, milisi Haganah melakukan dua pembantaian, yakni pada pertengahan Februari dan akhir Oktober. Menurut buku “All That Remains” karya Walid Khalidi, pada 15 Februari 1948, pasukan Palmach menyerang desa Saasaa dan meledakkan sejumlah rumah. Menurut Haganah, serangan mereka menghancurkan 11 rumah dan menyebabkan puluhan orang tewas. Kala itu New York Times melaporkan bahwa aksi teror Haganah di desa Saasaa menewaskan 11 orang, lima di antaranya anak-anak.
Desa Saasaa kembali diserang Haganah pada 30 Oktober 1948. Mantan kepala staf nasional Haganah, Israel Galili, mengungkapkan, dalam serbuan kedua, pembunuhan massal terjadi. Namun jumlah pasti dari korban tewas tidak jelas. Tak ada laporan terperinci mengenai penyerangan kedua yang dilakukan Haganah ke Saasaa.
Sebelum 1948, Saasaa dikenal sebagai desa penghubung banyak pusat kota, termasuk Safad. Di Saasaa, pohon apel, zaitun, serta anggur tumbuh dan menghiasi desa tersebut. Pada 1949, Israel mendirikan permukiman di desa tersebut dengan nama yang sama.