Sabtu 14 Oct 2023 17:20 WIB

Menyasar Generasi Z Perluas Pangsa Keuangan Syariah

Keuangan syariah akan terus didukung untuk menguatkan ekonomi nasional.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi keuangan syariah.
Foto: Dok. Bumn
Ilustrasi keuangan syariah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan akan terus mendukung dalam meningkatkan pangsa pasar keuangan syariah. Khususnya dalam menyasar generasi Z yang potensial untuk lebih diperkenalakan dengan ekonomi dan keuangan syariah.

"Saya rasa generasi Z sudah akan menjadi target karena generasi inilah yang banyak survei mengatakan mereka itu sebenarnya punya kesadaran menata masa depan keuangannya," kata Kepala Grup Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah OJK M Ismail Riyadi saat ditemui usai acara Ijtima Sanawi Dewan Pengawas Syariah, Jumat (13/10/2023).

Baca Juga

ke depan diperlukan produk keuangan syariah yang cocok dengen generasi Z. Menurut Ismail, salah satu yang mudah diperkenalkan kepada generasi Z yaitu pasar modal syariah.

"Pasar modal syariah menjadi salah satu alternatif yang cepat untuk dilakukan. Upaya yang dilakukan melakukan edukasinya adalah menggunakan bahasa dan media yang digunakan mereka seperti dunia media sosial dan digital," jelas Ismail.

Saat ini OJK juga sudah mulai melakukan bersama industri keuangan di pasar modal. Termasuk juga dengan bursa efek yang sangat aktif untuk syariahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara mengatakan perkembangan pangsa pasar sektor pasar modal syariah terus berkembang. "Per akhir Agustus 2023, pangsa pasar produk sukuk korporasi, sukuk negara, dan reksa dana syariah mencapai 12,7 persen," kata Mirza.

Sementara itu, Mirza menuturkan, pangsa pasar saham syariah telah mencapai 56 persen terhadap seluruh saham yang tercatat di bursa efek indonesia. Indonesia juga telah empat kali berturut-turut mendapatkan penghargaan tingkat internasional sebagai The Best Islamic  Capital Market yang diberikan oleh Global Islamic Financial Award (GIFA) sejak 2019 sampai 2022.

Mirza menilai, saat ini kami masih melihat terdapat tantangan yang harus dihadapi. Terutama jika berkaitan dengan masih rendahnya tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah.

Berdasarkan hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan 2022, indeks literasi keuangan syariah mencapai 9,14 persen. Sementata untuk indeks inklusi keuangan syariah baru mencapai 12,12 persen.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement