REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (Dirjen IKFT) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Taufiek Bawazier menilai penerapan industri hijau dapat berpotensi memperkuat sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia.
"Sebenarnya kita bisa membalikkan industri tekstil kita lebih kuat lagi karena mungkin selama ini banyak hal seperti measurements yang dikeluarkan oleh beberapa negara terutama untuk industri hijau," kata Taufiek.
Dia menambahkan di tengah tren pasar tekstil global terutama di Eropa yang didominasi oleh produk-produk dari industri hijau, pemerintah berupaya untuk mendorong para pelaku industri untuk beralih menerapkan proses produksi yang lebih ramah lingkungan. "Kita sudah mulai melakukan langkah-langkah terutama untuk industri supaya menurunkan jejak karbonnya agar dia (produk tekstil) lebih kompetitif lagi," ujar Taufiek.
Dengan munculnya pelaku industri TPT yang menerapkan proses produksi ramah lingkungan, kata Taufiek, maka dapat menjadi referensi bagi produsen di industri tersebut untuk melakukan hal serupa. Sehingga produk tekstil Indonesia dapat lebih mudah menjangkau pasar global.
"Jadi produk tekstil Indonesia juga akan dilirik, bahwa kita mengubah pembangkit-pembangkit industri tekstil yang menggunakan batu bara diubah ke yang lebih green. Nanti ini akan menjadi value buat industri tekstil Indonesia," ucapnya.
Menurut data Kemenperin, pada kuartal I 2023, laju pertumbuhan PDB industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sebesar 0,07 persen, melambat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 3,61 persen (yoy). Kontribusi PDB industri TPT terhadap PDB nasional pada kuartal I 2023 juga mengalami penurunan menjadi 1,01 persen jika dibandingkan dengan kuartal I 2022 sebesar 1,10 persen.