REPUBLIKA.CO.ID,JENEWA – Badan Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) mengungkapkan, lebih dari 700 anak di Jalur Gaza telah meninggal akibat serangan Israel yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 lalu. Sementara korban luka di kalangan anak-anak mencapai lebih dari 2.450 orang.
“Menurut laporan terbaru dari otoritas kesehatan dan media setempat, setidaknya 2.215 warga Palestina dilaporkan terbunuh, termasuk lebih dari 700 anak-anak. Dan lebih dari 8.714 orang terluka, termasuk lebih dari 2.450 anak-anak,” kata Juru Bicara (Jubir) UNICEF Sara Al Hattab saat diwawancara CNN, Sabtu (14/10/2023).
Jubir UNICEF lainnya, James Elder, menyerukan agar anak-anak tak lagi menjadi target dan korban. “Pembunuhan anak-anak harus dihentikan. Gambar dan ceritanya jelas: anak-anak mengalami luka bakar yang parah, luka tembak, dan kehilangan anggota tubuh. Dan rumah sakit kewalahan untuk merawat mereka,” ucapnya.
Tingginya korban luka akibat serangan Israel telah membuat fasilitas dan layanan medis di Jalur Gaza kewalahan. Kementerian Kesehatan Palestina, pada Sabtu mengungkapkan, rumah sakit di Gaza mulai kehilangan kapasitas klinis, farmasi, dan bahan bakar yang diperlukan untuk aktivitas operasional. Saat ini Israel diketahui telah memberlakukan blokade total terhadap Jalur Gaza. Hal itu membuat lalu lintas serta pasokan barang-barang esensial, termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Gaza terputus. Israel juga menyetop suplai air dan listrik ke Jalur Gaza.
Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al Balah merupakan salah satu rumah sakit yang sudah menghadapi krisis medis di Jalur Gaza akibat pemadaman listrik. Untuk kegiatan operasional, Rumah Sakit Martir Al-Aqsa bergantung pada generator yang bahan bakarnya hanya bisa bertahan untuk satu atau dua hari ke depan. Tanpa listrik, semua operasi ruang gawat darurat dan pembedahan akan terhenti.
Sementara itu, Jubir Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza Dr. Ashraf Alqudera mengatakan, fasilitas kesehatan di wilayah tersebut juga telah menjadi target serangan Israel. Kendati demikian, para tenaga medis tak meninggalkan posisi mereka.
“Kami mempunyai tanggung jawab moral dan kemanusiaan untuk merawat mereka yang terluka dan sakit dalam segala keadaan. Kami mengimbau kepada semua pihak untuk mempercepat masuknya pasokan medis ke rumah sakit sebelum terlambat,” kata Alqudera.