REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Baitul Maqdis di Palestina ke Sidratul Muntaha merupakan peristiwa Isra Mi'raj. Pada peristiwa itu selain terdapat perintah sholat lima waktu, ada sisi lain yang menarik yang dapat dipetik dari perjalanan Nabi Muhammad SAW saat itu.
Dalam kitab Syaharah Al Kawn Ibnu Arabi yang ditahkik dan diterjemahkan oleh KH Zainul Maarif menjabarkan perjalanan Isra Mi'raj Nabi dari sudut pandang filsafat dan logika. Kitab Syajarah Al-Kawn Ibnu Arabi sendiri secara menarik membahas mengenai kosmologi dan sirah Nabi Muhammad SAW melalui sudut pandang tasawuf.
Misalnya, pembahasan tentang bagaimana perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam Isra Mi'raj secara deskriptif. Menurut yang dijabarkan dalam Syajarah Al-Kawn, Nabi Muhammad SAW diisramirajkan karena Nabi adalah inti semesta.
Sejauh semesta hadir karena hakikat cahaya Nabi Muhammad SAW, semesta ingin berterima kasih kepadanya. Para malaikat dan Arsy (singgasana langit) merindukan perjumpaan dengan Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itulah, Nabi dihadirkan ke langit melalui perjalanan Isra Miraj yang sangat bersejarah di hati umat Muslim.
Biasanya jika Buraq dinyatakan sebagai kendaraan Isra Mi'raj, di dalam Syajarah Al-Kawn, buraq itu hanyalah satu dari enam kendaraan Nabi dalam Isra Mi'raj. Meski demikian dijabarkan pula, buraq merupakan kendaraan pertama yang digunakan Nabi untuk berpindah dari Masjidil Haram ke Masjid Al-Aqsha.