REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena bunuh diri pada usia remaja atau usia dewasa dini sering terjadi saat ini. Bahkan kasus terakhir bunuh diri dilakukan seorang mahasiswi karena tidak bisa memenuhi ekspektasi orang tuanya.
Mahasiswi ini sempat membuat surat untuk ibunya, minta maaf karena tidak sekuat dan sesuai ekspektasi ibunya. Apa sebenarnya pemicu remaja bunuh diri?
Praktisi psikolog keluarga, Nuzulia Rahma Tristinarum mengatakan ada beberapa hal yang bisa memicu fenomena tersebut. Pertama, pola asuh yang membentuk anak-anak sekarang. Pola asuh yang membentuk anak anak sekarang seringkali adalah pola asuh fatherless dan motherless.
Ayah dan Ibu ada tetapi tidak pernah hadir penuh, tidak ada attachment yang kuat dan kurang penanaman prinsip hidup. Anak-anak juga kehilangan figur yang dapat menjadi tauladan.
Kedua, banyaknya informasi yang bisa diperoleh dari dunia maya membuat anak kesulitan memfilter isinya. Terlalu banyak terpapar media sosial dapat membuat anak mengikuti apa yang sering dilihat dan didengar oleh mereka. Apa yang buruk dapat dianggap menjadi wajar. Misalnya bullying, self harm, dan bunuh diri.
Kemudian, tuntutan yang terlalu tinggi dari berbagai sisi, baik internal maupun eksternal, akan berdampak pada karakter anak.
"Tuntutan yang terlalu tinggi pada anak tanpa dibarengi dengan attachment yang kuat dan tidak dipenuhinya jiwa anak dengan kasih sayang, cinta dan komunikasi yang baik, akan membuat anak merasa "kosong", merasa "hampa"," ujar perempuan yang akrab disapa Lia kepada Republika.co.id, Ahad (15/10/2023).
Sehingga, anak mudah terpengaruh dan....