Senin 16 Oct 2023 11:31 WIB

Penyeberangan Rafah akan Dibuka, Ratusan Ribu Ton Bantuan untuk Gaza Siap Diantar

Ratusan ton bantuan dari beberapa negara telah menunggu di semenanjung Sinai Mesir

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken pada Ahad (15/10/2023) mengatakan, penyeberangan perbatasan ke Gaza yang dikontrol Mesir akan dibuka kembali.
Foto: XINHUA/ANTARA
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken pada Ahad (15/10/2023) mengatakan, penyeberangan perbatasan ke Gaza yang dikontrol Mesir akan dibuka kembali.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, pada Ahad (15/10/2023) mengatakan, penyeberangan perbatasan ke Gaza yang dikontrol Mesir akan dibuka kembali. AS bekerja sama dengan Mesir, Israel, dan PBB untuk menyalurkan bantuan melalui pembukaan perbatasan itu.

Ratusan ton bantuan dari beberapa negara telah menunggu di semenanjung Sinai Mesir selama berhari-hari. Mereka menunggu kesepakatan mengenai pengiriman bantuan yang aman ke Gaza dan melakukan evakuasi beberapa warga pemegang paspor asing melalui penyeberangan Rafah.

Baca Juga

“Kami telah menerapkannya, Mesir telah memberikan banyak dukungan material bagi masyarakat di Gaza, dan Rafah akan dibuka kembali,” kata Blinken kepada wartawan di Kairo.

Blinken mengatakan, keputusan untuk membuka penyeberangan Rafah merupakan hasil dari pembicaraan dengan Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi. Mesir telah meningkatkan upaya diplomatik untuk memecahkan kebuntuan tersebut.

“Kami sedang menyusun, bersama PBB, Mesir, Israel, dan negara-negara lain, mekanisme yang dapat digunakan untuk menyalurkan bantuan dan menyalurkannya kepada orang-orang yang membutuhkannya,” ujar Blinken.

Sisi mengatakan kepada Blinken bahwa Israel telah merespons secara tidak proporsional dengan melancarkan serangan terberatnya di Gaza. Serangan Israel tersebut sebagai pembalasan atas serangan mengejutkan yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober. Serangan dahsyat Hamas telah membuat militer Israel kewalahan.

“Reaksi ini melampaui hak untuk membela diri, namun berubah menjadi hukuman kolektif bagi 2,3 juta orang di Gaza,” kata Sisi dalam pidato bersama.

Sisi menambahkan, perlu kerja sama erat untuk melawan ekstremisme. Namun orang-orang Yahudi di masa lalu juga hidup bebas di Timur Tengah.

“Mungkin penargetan telah terjadi di Eropa, di negara-negara lain, namun di negara-negara Arab dan Islam hal ini tidak terjadi,” kata Sisi.

Pada Ahad, Amerika menunjuk diplomat veteran David Satterfield sebagai Utusan Khusus untuk Masalah Kemanusiaan Timur Tengah. Dia akan memimpin tanggapan Amerika terhadap krisis kemanusiaan di Gaza.

Pengeboman Israel telah menghambat operasi kemanusiaan....

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement