Senin 16 Oct 2023 11:52 WIB

Jenazah Disimpan di Truk Es Krim Akibat Korban Meninggal di Gaza Meningkat

Truk es krim menjadi kamar mayat darurat bagi para korban perang

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Warga Palestina membawa jenazah keluarga Zanon yang tewas dalam serangan udara Israel di Rafah, Jalur Gaza, Sabtu (14/10/2023).
Foto: AP Photo/Hatem Ali
Warga Palestina membawa jenazah keluarga Zanon yang tewas dalam serangan udara Israel di Rafah, Jalur Gaza, Sabtu (14/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Rumah sakit di Gaza mulai kesulitan menyimpan jenazah korban dari serangan Israel. Korban berguguran hingga truk es krim digunakan sebagai fasilitas penyimpan mayat.

Untuk saat ini, staf di Rumah Sakit Dar Al-Shifa mengatakan, situasi di kamar mayat menjadi prioritas utama. Tindakan ini setelah fasilitas itu melebihi kapasitas beberapa hari yang lalu dan mulai meluap.

Baca Juga

Staf mengatakan, mereka terpaksa menumpuk tiga mayat di luar ruang pendingin dan meletakkan lusinan mayat lainnya, berdampingan, di tempat parkir. “Staf berada di bawah tekanan besar,” kata dokter umum Rumah Sakit Dar Al-Shifa Malak Naim dikutip dari MEE.

“Banyak keluarga mereka yang mengungsi ke selatan sementara mereka terus bekerja [dalam kondisi yang sangat buruk]. Situasinya mengerikan,” ujarnya.

Salah satu cara mengatasi masalah bertumpuknya jenazah di rumah sakit dengan menggunakan truk es krim. Mobil-mobil tersebut digunakan untuk menyimpan jenazah warga Palestina yang gugur dalam serangan udara Israel ketika kamar mayat rumah sakit kewalahan.

“Kamar mayat rumah sakit hanya dapat menampung 10 jenazah, jadi kami telah membawa freezer es krim dari pabrik es krim untuk menyimpan sejumlah besar korban syuhada,” kata Dr. Yasser Ali dari rumah sakit Shuhada Al-Aqsa di Deir Al- Bala.

Truk es krim ini masih menampilkan gambar iklan anak-anak tersenyum menikmati es krim. Biasanya kendaraan ini digunakan untuk melakukan pengiriman ke supermarket. Kini, tempat-tempat tersebut menjadi kamar mayat darurat bagi para korban perang antara Hamas dan tentara Israel.

“Bahkan dengan freezer ini, jumlah (orang mati) melebihi kapasitas kamar mayat utama rumah sakit, dan kamar mayat alternatif, dan antara 20 hingga 30 jenazah juga disimpan di tenda,” kata Ali sambil membuka pintu dari freezer untuk menunjukkan tubuh yang diselimuti kain putih di dalamnya dikutip dari Aljazirah.

Pihak berwenang di Gaza mengatakan, serangan udara Israel telah membunuh lebih dari 2.300 orang, seperempat di antaranya anak-anak. Sejauh ini hampir 10 ribu orang terluka. Rumah sakit kekurangan persediaan dan kesulitan untuk mengatasi meningkatnya jumlah korban luka.

“Jalur Gaza sedang dalam krisis dan jika perang terus berlanjut seperti ini, kami tidak akan bisa menguburkan korban meninggal. Pemakaman sudah penuh dan kami membutuhkan kuburan baru untuk menguburkan jenazah,” kata Ali.

Kepala Kantor Media Pemerintah, Salama Marouf, pihak berwenang sedang mempersiapkan kuburan massal di Gaza City. “Mengingat banyaknya syuhada yang berada di kamar jenazah RS Al-Shifa, yang kerabatnya tidak datang untuk menguburkan mereka, tanda-tanda perubahan mulai terlihat pada jenazah tersebut,” ujarnya.

“Dan mengingat terus berdatangannya puluhan orang syuhada akibat pembantaian pendudukan, sebuah kuburan massal telah disiapkan untuk menguburkan sekitar 100 syuhada di pemakaman darurat," kata Marouf.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement