REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Taman Safari Indonesia Bogor di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor menginisiasi sistem Integrated Waste Management (IWM) atau pengelolaan sampah terintegrasi, bersama PT Greenprosa. Sistem ini akan diadopsi oleh Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) sebagai proyek percontohan pengelolaan limbah industri wisata.
Direktur Utama Greenprosa, Arky Gilang Wahab, menjelaskan sentra pengolahan limbah ini dipusatkan di pintu keluar Taman Safari. Lokasinya pun tak jauh dari titik transit penampungan sampah anorganik dan organik.
“Khusus untuk di Taman Safari Bogor bakal menjadi percontohan pengolahan limbah kawasan zoo (kebun binatang) di Indonesia,” kata Arky dalam keterangannya, dikutip Senin (16/10/2023).
Arky menyebutkan, melalui pengolahan sampah organik, Taman Safari Bogor memanen maggot atau belatung sebagai sumber protein pakan ikan. Juga terdapat hasil lain seperti pupuk kasgot atau bekas maggot. Ditargetkan sistem itu menghasilkan maggot seberat satu ton per harinya.
Menurut dia, manfaat budi daya maggot itu beragam, seperti mendekomposisi sampah organik. Sehingga, sampah-sampah organik yang biasanya berbau dan dibuang begitu saja, kini dapat dimanfaatkan.
“Manfaat lainnya adalah sampah yang didekomposisi maggot (kasgot) dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Padahal, jika dengan proses dekomposisi biasa atau bukan dengan maggot, prosesnya cukup lama,” ujarnya.
Arky menjelaskan, saat ini program itu memasuki tahap finalisasi serta sosialisasi pemilahan sampah ke semua divisi di Taman Safari Bogor. Mesin pengolahan dilakukan uji coba dengan kapasitas sampah harian.
“Jika melihat data yang kami hitung per Desember 2022, bakal ter-cober sepenuhnya. Residu sampahnya hanya tersisa lima persen. Ini tentu sangat meringankan beban sampah di Indonesia,” paparnya.
Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani, berharap IWM di Taman Safari Bogor bisa direplika di tempat lain bahkan di kota lain. Menurutnya, ketika sistem tersebut bisa diadopsi seluruh hotel dan restoran, maka dapat membantu masyarakat di sekelilingnya untuk mengelola sampah rumah tangga, khususnya makanan.
Menurut dia, sistem IWM selain dapat menyelesaikan masalah lingkungan, juga akan memberikan dampak ekonomi berupa pendapatan tambahan bagi warga. Terutama di daerah krisis sampah.
“Rencana kami, ingin membuat gerakan ini lebih masif dan kita sama-sama tahu bahwa banyak kota besar sekarang yang krisis sampah, Yogya, Bandung. Jadi kita mencobalah membantu masyarakat dan pemerintah untuk menyelesaikan masalah sampah ini,” ucapnya.
Di tempat yang sama, Komisaris dan Founder Taman Safari Indonesia (TSI), Tony Sumampau, mengaju akan terus mengembangkan Integrated Waste Management (IWM) Taman Safari Bogor hingga tak ada lagi limbah industri wisata yang tersisa. Ke depan ia akan melakukan inovasi lebih sehingga sampah anorganik bisa diolah sendiri menjadi sebuah karya yang bernilai ekonomis.
“Meskipun masih ada plastik yang kita harus press bawa keluar, itu tinggal membeli alat-alat pemotong untuk mencacah plastik dan nantinya akan digunakan untuk pembangunan bata dan lain sebagainya,” kata Tony.
Untuk merealisasikan semua itu, kata dia, dibutuhkan anggaran yang cukup besar. Sehingga juga diperlukan dukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkannya.
“Tapi itu kan biaya lagi ya, investasi lagi, jadi dari situ kita dorong, kita butuh mengembangkan investasi. Doain 2030 kita jalan sesuai keinginan pemerintah,” ujarnya.