Senin 16 Oct 2023 16:52 WIB

Israel Tepis Ada Krisis Kemanusiaan di Gaza

Kepala Badan PBB untuk pengungsi Palestina mengatakan situasi di Gaza sangat buruk.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Warga Palestina berjalan melewati puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di Kota Gaza pada Rabu, (11/10/2023)WIB.
Foto: AP Photo/Hassan Eslaiah
Warga Palestina berjalan melewati puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di Kota Gaza pada Rabu, (11/10/2023)WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON  -- Duta Besar Israel untuk Inggris, Tzipi Hotovely menepis bahwa ada krisis kemanusiaan di Gaza. Ribuan warga Gaza meregang nyawa karena pemboman Israel. Penderitaan warga Gaza semakin mendalam ketika Israel memutus aliran listrik, air dan suplai makanan.

“Tidak ada krisis kemanusiaan. Israel bertanggung jawab atas keselamatan warga Israel, Hamas bertanggung jawab atas keselamatan warga Palestina. Hamas menyalahgunakan setiap dukungan komunitas internasional. Inilah saatnya Hamas harus membayar harga atas pembunuhan warga Israel," ujar Hotovely kepada Sky News.

Baca Juga

Hotovely berpendapat bahwa Hamas mencegah warganya untuk mengungsi. Dia mengatakan, Israel telah memberikan kesempatan kepada warga Palestina untuk meninggalkan Gaza.

“Orang-orang (di Israel) tidak diberi kesempatan untuk merasa aman, mereka dibantai di tempat tidur mereka,”  kata Hotovely.

Pada Ahad (15/10/2023), Kepala Badan PBB untuk pengungsi Palestina, Philippe Lazzarini mengatakan, situasi di Jalur Gaza sangat buruk. Dia menekankan betapa parahnya krisis kemanusiaan kritis di wilayah kantong Palestina tersebut.

“Gaza kehabisan air dan listrik.  Faktanya, Gaza sedang dicekik dan tampaknya dunia saat ini telah kehilangan rasa kemanusiaannya,” ujar Lazzarini.

"Kita semua tahu air adalah kehidupan. Gaza kehabisan air, dan Gaza kehabisan kehidupan.  Saya yakin, dalam waktu dekat ini, tidak akan ada lagi makanan dan obat-obatan," kata Lazzarini.

Delapan pesawat yang membawa bantuan dari Turki, Uni Emirat Arab, Yordania, Tunisia, dan Organisasi Kesehatan Dunia telah mendarat di bandara Al Arish di Sinai dalam beberapa hari terakhir. Sementara konvoi lebih dari 100 truk sedang menunggu di kota tersebut untuk mendapatkan izin memasuki Gaza.

Perang Palestina-Israel terbaru dimulai pada Sabtu (7/10/2023) ketika Hamas memulai Operasi Badai Al-Aqsa terhadap Israel. Hamas melancarkan serangan mengejutkan dengan menembakkan ribuan roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara.

Hamas mengatakan, serangan ini merupakan tanggapan keras atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur oleh pemukim Yahudi, dan meningkatnya kekerasan pemukim Israel terhadap warga Palestina. Israel dibuat kewalahan dengan operasi mendadak Hamas yang menggunakan taktik jenius.

Menanggapi tindakan Hamas, militer Israel melancarkan Operasi Pedang Besi di Jalur Gaza. Serangan udara Israel menghancurkan rumah warga sipil Gaza, gedung perkantoran, dan fasilitas publik seperti sekolah.

Ribuan warga sipil Gaza, termasuk anak-anak meninggal dunia. Respons Israel meluas hingga memotong pasokan air dan listrik ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang terkepung sejak 2007.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement