REPUBLIKA.CO.ID,PADANG-- Kepala Dinas Pangan Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Saiful Bahri, memastikan isu adanya berss sintetis yang ditemukan di Kota Bukittinggi tidak benar. Saiful memastikan tidak benar setelah adanya hasil uji klinis yang dilakukan di laboratorium Saraswanti Bogor.
"Mengenai isu ini kita jawab dengan ilmiah saja. Setelah diuji coba di laboratorium Saraswanti Bogor hasilnya negatif sintetis. Hasil laboratoriumnya keluar pada Sabtu, (14/10/2023) kemarin," kata Saiful, Senin (16/10/2023).
Beberapa hari belakangan ini, warga Bukittinggi, Sumatera Barat, dihebohkan dengan kabar beredarnya beras berbahan plastik atau beras sintetis. Beredarnya kabar tersebut berawal dari seorang warga dikawasan Campago Ipuh, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, Bukittinggi. Setelah mengkosumsi beras itu, warga tersebut mengalami pusing dan mual serta tenggorokan panas.
Saiful mengatakan setelah mendapatkan informasi tersebut pihaknya bersama semua stake holder dilingkup pemerintah kabupaten dan kota di Sumbar langsung mengambil tindakan untuk memastikan kebenaran beras tersebut.
Hasil uji klinis di lab, beras tersebut murni beras lokal yang didapat dari pedagang di Kabupaten Pasaman.
"Itu tidak beras sintetis, itu beras asli dari petani kita dari Kabupaten Pasaman," ujar Saiful.
Jenis beras yang semula diduga beras sintetis itu adalah jenis beras /okan. Di Pasaman menurut Saiful beras sokan itu memang sedikit pulen dari beras sokan yang ada di Bukittinggi.
Saiful Bahri menambahkan, terkait warga yang sakit yang awalnya diduga beras sintetis itu sudah diobati dan sakitnya bukan disebabkan akibat beras yang dikonsumsinya.
"Warga ini sudah diobati dan sudah dipastikan penyebababnya bukan karena beras yang dikonsumsinya," kata Saiful menambahkan.
Sebelumnya diberitakan warga Kota Bukittinggi Sumatra Barat dihebohkan dengan kabar beredarnya beras berbahan plastik atau beras sintetis. Beras ditemukan oleh seorang warga bernama Desi yang sehari-hari berjualan nasi goreng di kawasan Campago Ipuh, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, Bukittinggi.
Setelah mengkonsumsi beras, Desi dilaporkan mengalami pusing dan mual serta tenggorokan panas. Lurah Campago Ipuh, Wisnaldi, membenarkan Desi sebagai warganya. Ia mengaku langsung datang ke rumah Desi saat mendengar kabar tersebut.
“Kepada kami beliau bercerita bahwa mengalami mual dan panas tenggorokan setelah mengkonsumsi beras,” kata Wisnaldi, Selasa (10/10/2023).
Menurut Wisnaldi, sesuai penuturan Desi, peristiwa itu terjadi pada Selasa (3/10/2023) silam. Kala itu, Desi membeli 5 kilogram beras dengan harga Rp 14 ribu setiap kilonya. Dua kilo diantaranya sudah dimasak, sekitar tiga kilo masih tersisa.
“Kalau lihat kondisinya, beliau baik-baik saja. Hanya kata beliau saat itu sempat pergi ke klinik terdekat. Suami dan anaknya juga beraktivitas seperti biasa,” ujar Wisnaldi.