Senin 16 Oct 2023 21:58 WIB

Pakar Khawatir Konflik Palestina-Israel Picu Perang Global

Eskalasi di Timur Tengah berpotensi meningkat dengan keterlibatan Iran.

Warga Palestina mengambil air dari keran air, di tengah kekurangan air minum, di Khan Younis, Jalur Gaza, Senin, (16/10/2023)WIB.
Foto: AP/Fatima Shbair
Warga Palestina mengambil air dari keran air, di tengah kekurangan air minum, di Khan Younis, Jalur Gaza, Senin, (16/10/2023)WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pakar Hubungan Internasional dari Universitas Andalas, Sumatera Barat Virtuous Setyaka mengkhawatirkan konflik Israel dengan Palestina berpotensi memicu perang global negara-negara di dunia.

"Biasanya negara-negara besar tidak akan tinggal diam. Bahkan, bisa dibilang cenderung memanfaatkan situasi apa pun untuk kepentingan nasional masing-masing," katanya, Senin (16/10/2023).

Baca Juga

Menurut Virtuous, konflik Palestina-Israel tersebut bisa memicu terjadinya perang proksi atau proxy war di negara-negara Timur Tengah hingga meluas ke negara Barat. Apalagi, katanya, dalam konflik tersebut Amerika Serikat secara terang-terangan memberikan dukungan kepada Israel. Sementara, Presiden Rusia Vladimir Putin mengecam Israel dan mendukung penuh kemerdekaan Palestina.

"Contohnya Amerika Serikat memberikan dukungan ke Israel, kemudian Rusia merasa berkepentingan untuk memberikan dukungan pula kepada Palestina," ujar dia.

Tidak hanya itu, dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas tersebut khawatir eskalasi di Timur Tengah kian meningkat mengingat potensi keterlibatan Iran dalam pusaran konflik. Sebab, Iran selama ini dikenal sangat dekat dengan Palestina. Sebaliknya, Israel sendiri menganggap Iran sebagai musuh yang harus disingkirkan.

Ketua Prakarsa Persahabatan Indonesia-Palestina (PPIP) Din Syamsuddin mengatakan rencana Israel menyerang Gaza, Palestina dan mengusir jutaan rakyat Palestina dari kampung halamannya akan memicu perang regional bahkan global.

Din menilai saat ini adalah waktunya dunia Islam, khususnya dunia Arab untuk mengambil sikap tegas dan jelas, yaitu mendukung Palestina baik atas dasar keagamaan maupun kemanusiaan.

Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), kata dia, tidak cukup mengeluarkan pernyataan. OKI harus melakukan tindakan, baik melalui diplomasi dengan mendesak PBB bersikap fungsional dan efektif menegakkan perdamaian maupun menyiapkan pertahanan diri lewat perang jika diperlukan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement