REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Warga sipil Palestina tidak lagi memiliki tempat aman untuk berlindung dari serangan udara dan kekerasan yang kian membesar, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat.
"Warga sipil tidak punya tempat aman lagi untuk berlindung. Kementerian Kesehatan Palestina sudah memberi tahu WHO bahwa tidak mungkin mengungsikan pasien rumah sakit yang rentan dari utara Gaza," kata juru bicara WHO Tarik Jasarevic pada konferensi pers PBB di Jenewa.
Jasarevic mengatakan WHO bersama badan-badan PBB lainnya terus mendesak Israel agar membatalkan perintah memindahkan 1,1 penduduk Palestina dari utara ke selatan Gaza dalam waktu 24 jam.
WHO mendesak Israel mengakhiri konflik dan kekerasan di Jalur Gaza, yang telah menyebabkan penderitaan tak terbayangkan.
Jasarevic juga mengatakan bahwa rumah sakit-rumah sakit di selatan Gaza sudah tidak dapat menampung pasien.
Pasien-pasien rumah sakit yang rentan, termasuk mereka yang sudah terluka parah, orang dewasa, anak-anak, dan bayi baru lahir yang hidupnya bergantung pada alat bantu dan harus menjalani perawatan intensif.
"Sistem kesehatan di Jalur Gaza berada pada titik kritis," kata dia memperingatkan.
Malapetaka kemanusiaan akan segera terjadi jika bahan bakar, air, makanan, pasokan kesehatan dan bantuan kemanusiaan tidak terkirim ke Jalur Gaza akibat blokade total Israel.
"Dampaknya akan sangat buruk bagi pasien yang paling rentan, termasuk mereka yang terluka yang memerlukan operasi penyelamatan nyawa, pasien di unit perawatan intensif, dan bayi baru lahir yang bergantung pada perawatan di inkubator," kata Jasarevic.