Selasa 17 Oct 2023 14:21 WIB

Kasus TBC di Yogyakarta Lebih dari Seribu, Warga Diimbau Periksakan Diri

Pemberian TPT perlu diberikan pada orang yang kontak erat dengan pasien TBC.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
TBC (ilustrasi)
Foto: Dok Republika
TBC (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta mengimbau agar warga untuk rutin memeriksakan diri terkait penyakit tuberkulosis (TBC). Selama 2023 ini, hingga September setidaknya sudah tercatat 1.088 kasus TBC di Kota Yogyakarta. 

Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi, Dinkes Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu mengatakan bahwa jumlah tersebut diprediksi akan terus meningkat hingga akhir 2023 ini. Kemungkinan dapat melampaui angka pada 2022, yakni 1.356 kasus. 

Untuk itu, pihaknya terus melakukan upaya pencegahan peningkatan penyakit ini. Salah satunya dengan pemberian terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) bagi warga yang terkena infeksi laten TBC (ILTB).

Endang menyebut bahwa pemberian TPT perlu diberikan pada orang yang kontak erat dengan pasien TBC, orang dengan HIV-AIDS, serta kelompok risiko lainnya. Meski begitu, sebelum diberikan TPT ini disarankan untuk tes mantoux atau tes darah. 

Selain itu, adapun pemeriksaan melalui active case finding (ACF) atau tes dengan serangkaian pemeriksaan seperti pemeriksaan riwayat penyakit dan gejalanya dengan rontgen dada menggunakan mobil x-ray. Jika hasilnya positif, bisa diberikan TPT.

"Kita perlu waspada karena ILTB bisa menjadi aktif sewaktu-waktu agar bakteri TBC pada orang dengan ILTB tidak menjadi aktif, bisa dicegah dengan obat terapi pencegahan tuberkulosis atau TPT," kata Endang, Senin (16/10/2023). 

Endang menjelaskan bahwa ILTB bisa terjadi jika seseorang terinfeksi TBC namun tidak menunjukkan gejala dan memiliki imunitas yang rendah, sehingga bakteri TBC akan aktif. "Biasanya ILTB dialami oleh orang yang sering kontak langsung dengan pasien TBC. Misalnya orang tua atau keluarga terdekat," kata Endang.

Selain tertular melalui kerabat dekat, TBC juga dapat menular melalui udara diantaranya saat batuk, bersin atau meludah di sembarang tempat, sehingga bakteri TBC dapat bertahan di udara. Untuk itu, ia meminta agar penggunaan masker tetap dilakukan guna mencegah penularan penyakit ini. 

"Penularan juga bisa melalui udara yang mengandung bakteri TBC. Jika terhirup dan masuk ke tubuh orang lain bisa tertular ILTB. Oleh karena itu, perlu menggunakan masker jika sedang mengalami penyakit TBC untuk menjaga sesama," ujarnya.

Endang juga mengimbau bagi warga Kota Yogyakarta yang memiliki gejala seperti demam selama lebih dari dua minggu, batuk berkepanjangan, atau penurunan berat badan (BB) agar segera mengunjungi puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

"TBC ini bisa sembuh, namun masih ada warga yang tidak percaya diri dan minder terkena TBC dan akhirnya tidak memeriksakan ke fasilitas kesehatan. Saya berharap ada kesadaran diri sendiri untuk menanggulangi TBC agar penyakit ini segera teratasi dengan tuntas," kata Endang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement