REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Sejak Juni 2023, debit air Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor menyusut di tengah musim kemarau dengan status siaga. Saat ini, debit air Sungai Ciliwung yang memasuki Bendung Katulampa sebanyak 1.800 liter per detik, sedangkan pada saat normal debit air bisa mencapai 5.000 hingga 10 ribu liter per detik.
Pelaksana Bendung Katulampa, Andi Sudirman, mengatakan dari debit air 1.800 liter itu disalurkan ke saluran irigasi Kali Baru sebanyak 1.600 liter per derik. Sedangkan ke arah Sungai Ciliwung digelontorkan sebanyak 200 liter per detik.
“Hanya kita ada penggelontoran ke Sungai Ciliwung kita alirkan 200 liter untuk penyelamatan ekosistem, air baku, dan penggelontoran ke Ciliwung. Untuk irigasi penggelontoran dan air baku ke Kebun Raya dan Istana Bogor, itu dari Katulampa bertahan 1.600 liter,” kata Andi kepada Republika, Selas (17/10/2023).
Andi menjelaskan, surutnya debit air di Bendung Katulampa disinyalir akibat belum ada hujan dengan intensitas tinggi di hulu Sungai Ciliwung, atau di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor. Bahkan, tinggi muka air (TMA) di Bendung Katulampa bertahan di angka 0 centimeter beberapa bulan ini.
Pantauan Republika di Bendung Katulampa, meteran di bawah jembatan menunjukkan TMA di Bendung Katulampa menyentuh angka 0 centimeter. Dasar sungai berupa pasir dan bebatuan terlihat jelas dari atas sungai. Aliran air dari arah hulu hanya mengalir kecil.
Meski demikian, air sungai yang mengalir pun tampak lebih bersih dibandingkan saat debit air masih tinggi. Sekitar 500 dari bendung, air sungai yang bersih dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk mencuci baju.
Ia mengatakan, hujan deras di kawasan Puncak diperkirakan terakhir terjadi pada Juni atau Juli 2023 namun tidak merata. Hujan yang turun di Kota Bogor atau kawasan bendung, dikatakan Andi, tidak berpengaruh pada debit maupun TMA sungai.
“Memasuki awal Juli sudah musim kemarau sampai sekarang bertahan (debitnya). Mudah-mudahan tidak menurun, kita harapkan ada hujan di kawasan hulu atau Puncak, jadi ada penambahan debit air,” ujarnya.
Menurut informasi yang diterimanya dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, musim kemarau tahun ini akan berlangsung cukup panjang. Ia dan petugas Bendung Katulampa lainnya terus bersiaga hingga awal November, sambil berharap ada hujan turun di kawasan Puncak.
Di sisi lain, Andi juga berharap agar debit air di Bendung Katulampa tidak mencapai titik kritis seperti delapan tahun lalu. Dimana debit air yang mengalir hanya sebanyak 1.200 liter per detik ketika kemarau panjang melanda Bogor.
“Kalau kekeringan berlanjut, dampaknya warga di sekitar sumurnya kering, air baku Ciliwung dari Katulampa berkurang, dan mengalir ke saluran irigasi dan lain-lain ke bawah itu berkurang debitnya. PDAM juga berpengaruh. Makanya kita harapkan ada hujan di kawasan hulu atau Puncak,” ucap Andi.
Sejauh ini, Andi selalu berkoordinasi dengan BMKG terkait buletin hujan mingguan. Terutama di kawasan Puncak yang menjadi sumber penambahan debit air di Bendung Katulampa.
Tak lupa Andi juga berkoordinasi dengan pemerintah daerah mulai dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC), dan DSDA Jawa Barat.
“Setiap ada perubahan debit maupun status kesiapsiagaan debit, kemarau, siaga kemarau, kita tetap monitor 24 jam dan kita tetap koordinasi,” kata Andi.