REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Provinsi Riau, mendeteksi 3.675 titik panas di Pulau Sumatra. Yang terbanyak berada di Sumatra Selatan (Sumsel) mencapai 2.919 titik panas pada Selasa (17/10/2023) sore.
"Pembaruan data 17 Oktober pukul 16.00 WIB total titik panas wilayah Sumatra 3.675," kata Prakiraan BMKG Pekanbaru, Sanya G, di Pekanbaru, Selasa.
Selain Sumsel, provinsi dengan titik panas terbanyak lainnya adalah Lampung (3.840), Jambi (163), Riau (87), Bangka Belitung (80), Sumatra Barat (22), Bengkulu dan Kepulauan Riau masing-masing 10 titik panas. Untuk Riau, lanjutnya, dari 87 titik panas terpantau paling banyak di Kabupaten Indragiri Hulu (72), Kabupaten Pelalawan (7), Kuantan Singingi (4), Indragiri Hilir (3), dan Rokan Hilir (1).
Akibat kembali melonjaknya titik panas di Sumatra, kata dia, kondisi di sejumlah wilayah Riau terpantau berasap, seperti di Pekanbaru, Rengat (Inhu), dan Pelalawan dengan jarak pandang hanya 5 kilometer. Jarak pandang tersebut membaik dibandingkan pada Selasa pagi yang hanya dua kilometer. Sementara untuk kualitas udara di Pekanbaru berada pada kategori tidak sehat berdasarkan pemantauan konsentrasi partikulat PM 2.5 pada pukul 16.00 WIB yang menyentuh angka 59,70 mikrogram per meter kubik (µm/m3).
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekanbaru mengimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai kabut asap yang masih terjadi akibat kiriman dari wilayah tetangga. Kepala BPBD Kota Pekanbaru Zarman Candra mengatakan Pekanbaru tidak diuntungkan dengan letaknya yang strategis berada di tengah Provinsi Riau dan Pulau Sumatra.
"Di mana sekelilingnya itu adalah daerah yang berpotensi terjadinya kebakaran lahan dan juga hutan. Ini kita harus tetap waspadai kabut asap tersebut," ujarnya.