REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR — Meskipun Hamas dijauhi oleh Amerika Serikat (AS) dan sebagian besar Barat, Malaysia tetap membuka pilihannya dengan Hamas, atas kepentingan rakyat Palestina dan hak mereka untuk membangun tanah air mereka berdasarkan batas-batas pra-1967.
Geostrategis Prof Dr Azmi Hassan, senior di Akademi Nusantara untuk Penelitian Strategis (NASR), mengatakan ini dalam memuji panggilan telepon Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Anwar Ibrahim ke kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh pada hari Senin.
Azmi mencatat komunikasi antara Anwar dan Ismail adalah isyarat yang signifikan dan tepat waktu, melihat kemungkinan serangan darat oleh Israel yang menunggu Gaza dan Palestina dalam beberapa hari mendatang.
“Dukungan Malaysia yang tak tergoyahkan untuk tujuan Palestina selama masa kritis ini dicatat. Khususnya, Datuk Seri Anwar mengambil sikap publik yang berani dengan menghubungi Ismail Haniyeh dari Hamas secara pribadi," katanya dilansir dari BERNAMA, Selasa (18/10/2023).
Bahkan lebih awal pada hari Anwar selama Waktu Pertanyaan Menteri (MQT) di parlemen telah mengatakan Malaysia memiliki hak untuk melanjutkan dan terlibat dengan partai mana pun, termasuk sayap politik Hamas untuk menemukan solusi langsung dari krisis saat ini.
Azmi mengatakan bahwa Anwar sadar bahwa ada kebutuhan untuk memasukkan Hamas dan Otoritas Palestina dalam setiap diskusi tentang penyelesaian damai yang langgeng.
"Kedua entitas ini sangat penting, apakah bekerja menuju solusi satu negara bagian atau dua negara bagian," tambahnya.
"Kami menganggap penyebab Palestina sangat penting, dan simpati kami terletak pada rakyat Palestina,” jelasnya.
Baca juga: Gaza Masih Memanas, Baca Doa Qunut Nazilah ini Agar Allah SWT Lindungi Palestina
Geostrategis juga percaya Anwar akan membahas lebih lanjut masalah Palestina selama kunjungannya yang akan datang ke Riyadh, Arab Saudi untuk menghadiri KTT Dewan Kerjasama ASEAN-Gulf (GCC) pada hari Jumat.
Tentang masa depan Gaza setelah konflik, geostrategis memprediksi Gaza yang lebih terpecah: satu setengahnya di bawah yurisdiksi Israel dan yang lainnya, Gaza selatan, di bawah Hamas.
Baca juga: Daftar Produk-Produk Israel yang Diserukan untuk Diboikot, Cek Listnya Berikut Ini
Pada masalah terkait, Azmi menyoroti posisi genting yang dihadapi Mesir sehubungan dengan titik persimpangan Rafah, pintu gerbang penting untuk membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Membuka titik persimpangan Rafah akan memungkinkan bantuan kemanusiaan penting ke Gaza selatan, tetapi juga dapat mengakibatkan masuknya pengungsi ke Mesir.
Oleh karena itu, dia menekankan kebutuhan kritis bagi Mesir untuk melakukan kontrol atas siapa yang masuk untuk mencegah potensi tumpahan masalah terkait konflik ke wilayahnya.
Sumber: bernama