REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Masjid Agung Taipei berencana mengadakan penjualan amal akhir pekan ini. Kegiatan ini dilakukan untuk menunjukkan solidaritas terhadap warga Palestina, di tengah perang Israel-Hamas.
Rencananya penjualan ini akan diadakan pada hari Sabtu (21/10/2023) dan Ahad (22/10/2023) nanti mulai pukul 10.00 hingga 17.00 waktu setempat. Dalam kegiatan tersebut, akan ditawarkan berbagai macam barang dari dunia Muslim.
Dilansir Taiwan News, Rabu (18/10/2023), pihak penyelenggara mengatakan beberapa contoh barang yang dijajakan mencakup seni, kaligrafi, makanan, serta pakaian dari tempat-tempat seperti Turki, Maroko, Iran, India, Yunnan, dan Myanmar.
Imam sekaligus pengurus masjid, Abdullah Cheng, mengatakan penjualan tersebut juga dilakukan untuk meningkatkan kesadaran akan krisis di Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade. "Dunia Muslim selalu sangat prihatin dengan perjuangan mereka," kata dia.
Cheng mengatakan pihak masjid masih dalam proses memutuskan ke organisasi mana dana yang diperoleh dari penjualan tersebut akan disalurkan. Meski demikian, ia mengatakan bahwa prioritas masjid adalah mengirimkan dana tersebut ke Gerakan Bulan Sabit Merah Internasional, yang mana proses komunikasi mengenai hal ini sedang berlangsung.
"Masjid tersebut tidak memiliki jamaah tetap Palestina, tetapi pernah menerima jamaah Palestina di masa lalu," ucap Cheng.
Adapun rencana penjualan amal tersebut telah menimbulkan kontroversi, seiring dengan poster acara yang mendapat kritik secara daring. Untuk mengklarifikasi, Cheng mengatakan gambar di poster yang menunjukkan peta berwarna bendera Palestina bukanlah pesan dukungan terhadap Hamas.
"Tak satu pun dari kami yang mengklaim mendukung Hamas selama peristiwa ini. Peta yang dipasang juga tidak dimaksudkan untuk menyampaikan pesan seperti itu," lanjut dia.
Cheng menyebut penggunaan peta dan bendera ini merupakan simbol dari permasalahan yang sudah berlangsung lama di kawasan tersebut. Hal ini juga merupakan pesan dukungan akan kebutuhan rakyat Palestina untuk mencapai perdamaian dan melawan penindasan.
Ia mengakui jika saat ini merupakan momen yang sensitif untuk bersuara. Tidak peduli bagaimana pihaknya berupaya menyajikan acara tersebut, pada akhirnya hal ini akan tetap bersifat politis.
"Namun, acara ini bukan acara khusus umat Islam. Semua orang dipersilakan untuk berpartisipasi dan berkontribusi terhadap warga Palestina yang menderita akibat pendudukan," kata dia.