REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki sedang melakukan pembicaraan dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas mengenai pembebasan orang asing, warga sipil, dan anak-anak yang disandera oleh kelompok tersebut. Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan mengatakan, banyak negara telah mengirimkan permintaan ke Turki untuk menjamin pembebasan warganya yang ditahan oleh Hamas.
Fidan menambahkan, pada Sabtu (21/10/2023) Mesir akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak para pemimpin mengenai perang Israel-Palestina. Sebelumnya Fidan berbicara dengan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh untuk membahas masalah pertukaran tahanan tersebut.
Seorang pemimpin tinggi Hamas, Khaled Meshaal pada Senin (16/10/2023) mengatakan, Hamas memiliki apa yang dibutuhkan untuk membebaskan semua warga Palestina di penjara-penjara Israel. Hamas akan menggunakan warga Israel yang ditawan sebagai alat tawar-menawar untuk menjamin pembebasan warga Palestina yang menjadi tahanan.
Sayap bersenjata Hamas secara terpisah mengatakan bahwa, warga non-Israel adalah tamu yang akan dibebaskan bila keadaan memungkinkan. Militer Israel mengatakan, Hamas menyandera 199 orang di Gaza. Sementara Hamas mengatakan, mereka menyandera antara 200 dan 250 orang. Hamas telah lama menyerukan pembebasan sekitar 6.000 warga Palestina dari penjara Israel.
"Kami memiliki apa yang dibutuhkan untuk mengosongkan penjara (Israel) dari semua tahanan (Palestina),” ujar Meshaal, mantan ketua Hamas yang kini mengepalai kantor diasporanya di Doha kepada AlAraby TV.
Pada 2011, Israel menukar ratusan tahanan Palestina untuk pembebasan satu tentara Israel, Gilad Shalit, yang ditahan selama lima tahun. Para tawanan Israel yang saat ini berada di Gaza diyakini termasuk warga negara Thailand dan Jerman. Negara-negara lain telah melaporkan warganya hilang. Warga Israel dengan kewarganegaraan ganda di negara-negara termasuk AS juga diyakini telah diculik.
Pada Senin malam, Hamas merilis sebuah video yang menunjukkan pernyataan dari salah satu tawanan, seorang wanita Perancis-Israel, yang ditangkap dalam serangan mengejutkan pada pekan lalu. Pejabat senior Hamas, Moussa Abu Marzouk mengatakan, tahanan asing tidak dapat dibebaskan karena berlanjutnya pemboman Israel di Jalur Gaza.
"Hamas menyandera sekelompok tahanan dari berbagai negara, mereka adalah tamu kami dan kami berupaya melindungi mereka," ujar juru bicara sayap bersenjata Hamas, Abu Obeida dalam pesan video.
"Kami akan membebaskan tahanan dari berbagai negara jika keadaan di lapangan memungkinkan," kata Abu Obeida.