REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Waralaba McDonald's di beberapa negara Muslim menolak tindakan restoran McDonald's Israel yang memberikan makanan gratis kepada militer Israel. Langkah itu menyoroti polarisasi politik regional yang dilakukan perusahaan global selama perang.
Pekan lalu, McDonald's Israel mengatakan bahwa mereka telah memberikan ribuan makanan gratis kepada personel Pasukan Pertahanan Israel. Pada Ahad (15/10/2023), waralaba tersebut kembali menyatakan bahwa mereka menyumbangkan makanan, kepada semua orang yang terlibat dalam pertahanan negara, rumah sakit, dan daerah sekitarnya.
Waralaba McDonald's di Arab Saudi, Oman, Kuwait, Uni Emirat Arab, Yordania, dan Turki mengeluarkan pernyataan tegas bahwa mereka tidak mendukung McDonald's Israel. Waralaba McDonald's di negara Arab justru mendukung Palestina dan menjanjikan bantuan ke Gaza.
"Sehubungan dengan berita bahwa McDonald's di Israel menyumbangkan makanan. Kami menegaskan bahwa itu adalah keputusan individu mereka. Baik McDonald's global, kami, maupun negara lain tidak mempunyai peran atau hubungan dengan keputusan itu, baik secara langsung maupun tidak langsung," kata waralaba McDonald's di Arab Saudi dalam sebuah pernyataan.
McDonald’s adalah jaringan global namun waralabanya sering kali dimiliki secara lokal dan beroperasi secara mandiri. McDonald's Corp menolak berkomentar.
Namun, sumber yang dekat dengan perusahaan tersebut di AS mengatakan, waralaba Israel adalah bisnis independen yang melisensikan merek McDonald's. Sumber tersebut mengatakan, bukan hal yang aneh bagi pewaralaba untuk terlibat dengan komunitas lokal ketika mereka membutuhkan.