REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi pada Rabu (18/10/2023) memperingatkan bahaya pengungsian paksa warga Palestina dari Gaza ke Mesir. Dia mengatakan, hal ini akan menjadi preseden bagi pengungsian warga Palestina dari Tepi Barat ke Yordania.
Al-Sisi menolak seruan Israel untuk mengizinkan sejumlah besar pengungsi dari Gaza masuk ke Semenanjung Sinai Mesir. Menurutnya, eksodus massal ini bertujuan untuk memberantas tujuan pembentukan negara Palestina.
“Jika hal ini terjadi, saya dapat menyerukan kepada rakyat Mesir untuk menyatakan penolakan mereka terhadap eksodus ini, dan Anda akan melihat jutaan orang Mesir di jalan," kata Al-Sisi kepada wartawan, dilaporkan Al Arabiya.
Al-Sisi mengatakan, Mesir tidak menutup penyeberangan Rafah yang menjadi satu-satunya perbatasan dengan Gaza yang tidak berada di bawah kendali Israel. Al-Sisi menyalahkan pemboman Israel menyebabkan jalur tersebut tidak beroperasi.
“Perkembangan di lapangan dan pemboman berulang-ulang yang dilakukan Israel terhadap penyeberangan sisi Palestina telah menghalangi operasi,” kata al-Sisi.
Konvoi bantuan telah menunggu selama enam hari di penyeberangan Rafah di sisi Mesir, yang telah dibom empat kali sejak Israel melancarkan serangan ke Gaza. Lebih dari 100 truk yang membawa bantuan kemanusiaan sedang menunggu masuk di perbatasan Rafah pada Senin (16/10/2023) menyusul laporan bahwa gencatan senjata antara Israel, Mesir, dan PBB akan segera berlangsung.
Namun, pejabat Hamas Izzat El Reshiqmenepis laporan tentang pembukaan perbatasan Rafah dengan Mesir atau gencatan senjata. Israel juga mengeluarkan pernyataan yang menyangkal bahwa gencatan senjata sedang berlangsung di Gaza selatan.
Perang Palestina-Israel terbaru dimulai pada Sabtu (7/10/2023) ketika Hamas memulai Operasi Badai Al-Aqsa terhadap Israel. Hamas melancarkan serangan mengejutkan dengan menembakkan ribuan roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara.
Hamas mengatakan, serangan ini merupakan tanggapan keras atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur oleh pemukim Yahudi, dan meningkatnya kekerasan pemukim Israel terhadap warga Palestina. Israel dibuat kewalahan dengan operasi mendadak Hamas yang menggunakan taktik jenius.
Menanggapi tindakan Hamas, militer Israel melancarkan Operasi Pedang Besi di Jalur Gaza. Serangan udara Israel menghancurkan rumah warga sipil Gaza, gedung perkantoran, dan fasilitas publik seperti sekolah.
Ribuan warga sipil Gaza, termasuk anak-anak meninggal dunia. Respons Israel meluas hingga memotong pasokan air dan listrik ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang terkepung sejak 2007.
Israel telah memerintahkan evakuasi warga Palestina ke Gaza selatan. Namun di tengah perintah evakuasi itu, pemboman terus berlangsung hingga Gaza selatan yang dinilai cukup aman. Warga Palestina di Gaza terjebak dalam pemboman Israel.
Sementara rumah sakit kewalahan menerima korban luka maupun meninggal dunia akibat serangan Israel. Ditutupnya perbatasan Rafah menyebabkan pasokan obat-obatan semakin menipis.