REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Sekjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan situasi di Jalur Gaza semakin tak terkendali, akibat penundaan pengiriman pasokan medis. Hal itu karena banyak bantuan medis yang tak bisa menjangkau Gaza, sementara situasi di Gaza semakin memprihatinkan.
Ia mengungkapkan terdapat sebuah pesawat yang membawa pasokan medis untuk warga Gaza telah mendarat di El Arish, Mesir namun tak dapat memasuki perbatasan Rafah.
"Situasi di Gaza semakin tidak terkendali. Setiap detik kita menunggu bantuan medis masuk, kita kehilangan nyawa. Selama empat hari, pasokan WHO tertahan di perbatasan," katanya seperti dilansir kantor berita TASS, Rabu (18/10/2023).
"Kami membutuhkan akses segera untuk mulai mengirimkan pasokan yang dapat menyelamatkan nyawa. Kami membutuhkan kekerasan di semua pihak untuk dihentikan," tulisnya di X (sebelumnya Twitter).
Kepala WHO sebelumnya mengumumkan bahwa sebuah pesawat yang membawa pasokan medis untuk penduduk Gaza telah mendarat di El Arish, Mesir. Reuters melaporkan pada hari Senin bahwa pihak berwenang Mesir telah mengaitkan penundaan pengiriman pasokan.
Hal ini karena kurangnya kerja sama dari pihak Israel, termasuk pemblokiran titik penyeberangan Rafah antara Mesir dan Gaza. Kairo sebelumnya meminta masyarakat internasional yang ingin memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina di Gaza untuk mengirimkan bantuan ke Bandara Internasional El Arish.
Ketegangan di Timur Tengah kembali memanas setelah militan Hamas menyusup ke Israel dari Jalur Gaza pada tanggal 7 Oktober. Gerakan Palestina ini menggambarkan serangannya sebagai respon terhadap tindakan otoritas Israel terhadap Masjid Al-Aqsa di Temple Mount, Yerusalem.
Israel mengumumkan blokade total terhadap Gaza dan mulai melakukan serangan di daerah kantong Palestina tersebut, serta daerah-daerah tertentu di Lebanon dan Suriah. Bentrokan juga terjadi di Tepi Barat. Lebih dari 3.500 warga Palestina telah terbunuh dan lebih dari 13.700 orang menderita luka-luka; di Israel, jumlah korban tewas mencapai sekitar 1.500 orang dan lebih dari 4.200 orang terluka.