Kamis 19 Oct 2023 03:00 WIB

Airlangga: Permintaan Produk Halal Terus Meningkat

Ekonomi dan keuangan syariah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ahmad Fikri Noor
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Foto: Dok. Kemenko Perekonomian
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, ekonomi dan keuangan syariah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu terjadi baik secara global maupun nasional. 

Ia menyebutkan, berdasarkan data State of Global Islamic Economic Report 2022 yang dirilis oleh Dinar Standard, umat Islam dunia akan menghabiskan 2 triliun dolar AS guna memenuhi berbagai kebutuhan kehidupan. Angka itu diprediksi terus meningkat seiring meningkatnya populasi dan kesadaran dalam menggunakan produk halal. 

Baca Juga

Berdasarkan data Pew Research Center, Forum Religion and Public Life, kata dia, populasi penduduk Muslim dunia akan mencapai 2,2 miliar jiwa atau 26 persen dari total populasi dunia pada 2030. “Angka tersebut juga dibarengi dengan meningkatnya permintaan produk, jasa, dan lifestyle konsumsi halal. Berdasarkan data tersebut, dapat kita bayangkan potensi ekonomi syariah di masa mendatang,” ujar Airlangga secara virtual dalam Top Halal Award di Jakarta, Rabu (18/10/2023).

Dirinya menambahkan, dari Global Islamic Economic Indicator, lingkup ekonomi syariah secara global, Indonesia menduduki posisi keempat. Posisi itu di bawah Malaysia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.

Dia menyampaikan, dari segala potensi yang dimiliki, Indonesia seharusnya tidak hanya menjadi konsumen, namun juga dapat menjadi pusat produksi halal dunia. "Meningkatnya permintaan makanan halal merupakan peluang bagi industri makanan dan minuman nasional," tutur dia.

Sementara, lanjutnya, pembangunan tren fashion dan busana Muslim harus dimanfaatkan industri tekstil dan produk tekstil nasional dengan ragam inovasi produk dan optimalisasi tekstil fungsional. Begitu pula pada industri farmasi, kosmetik, dan pemanfaatan keanekaragaman hayati Indonesia yang unik dan dapat menjadi nilai tambah.

Airlangga menyebutkan, Indonesia dengan penduduk muslim terbesar di dunia, yaitu sebesar 236 juta jiwa atau 12 persen dari total populasi dunia memiliki kebutuhan produk halal yang besar dan menjadi pendorong untuk pertumbuhan industri halal. Pemerintah mencatat, ekspor Indonesia ke negara OKI sebesar 10,7 persen dan ekspor ke pasar global 3,8 persen atau 7,6 miliar dolar AS.

Airlangga juga menekankan pentingnya implementasi industri halal yang diharapkan dapat mendorong nilai tambah dan juga dapat terintegrasi dengan traceability halal system dan halal assurance system, mulai dari ristek, distribusi, sampai ke konsumen. Traceability dan assurance system diharapkan dapat menjadi syarat karena bagi publik untuk mempercayai produk halal tersebut.

“Sudah sepatutnya industri halal menjadi landasan ekonomi bukan hanya Indonesia sebagai konsumen. Melainkan juga produsen untuk pasar domestik dan global," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement