Kamis 19 Oct 2023 05:24 WIB

MPR: Perang Palestina-Israel Bisa Berdampak pada Perkembangan Dunia

Perekonomian dunia belum pulih dari inflasi yang diperburuk konflik Rusia-Ukraina.

Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat (Ririe).
Foto: dok pribadi
Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat (Ririe).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat (Ririe) menilai percepatan perdamaian antara Palestina dan Israel harus segera dilakukan. Menurutnya, perdamaian kedua negara harus dilakukan sebagai upaya pemulihan dan kebangkitan ekonomi menuju kesejahteraan manusia.

"Perang Hamas-Israel selain menimbulkan persoalan kemanusiaan juga berdampak pada relasi antarnegara dan perekonomian global," kata Ririe dalam keterangan, Rabu (18/10/2023).

Baca Juga

Ririe menegaskan, perang dalam bentuk apa pun tidak dibenarkan. Selain merugikan kedua belah pihak, perang juga memberikan dampak signifikan pada perkembangan dunia.

Anggota Majelis Tinggi Partai Nasdem ini menilai, konflik di Timur Tengah, secara menyeluruh memberikan dampak ketakutan pada dunia. Sebab, wilayah ini merupakan pemasok energi dan jalur pelayaran utama global.

Ririe yang juga legislator dari Dapil II Jawa Tengah itu mengatakan, perekonomian dengan upaya kebangkitan dan pemulihannya menjadi salah satu kerentanan dunia global pasca-pandemi. Selain itu, perekonomian dunia masih belum pulih dari inflasi yang diperburuk oleh konflik Rusia-Ukraina tahun lalu.

Salah satu antisipasi dalam perkembangan dunia, menurut Rerie, adalah intersepsi kecanggihan teknologi dalam persenjataan yang menyebabkan banyak korban berjatuhan dalam suatu konflik. "Inilah salah satu kekhawatiran di dunia modern, dunia yang semakin kehilangan nilai dan tidak lagi menghargai kemanusiaan," tegas Rerie.

Duta Besar RI untuk Pakistan dan Staf Ahli Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Kementerian Luar Negeri RI, YM Adam Mulawarman Tugio mengungkapkan konflik yang terjadi antara Hamas-Israel merupakan dampak dari kolonialisme yang berkepanjangan di Palestina. Ia menegaskan, dukungan Indonesia terhadap Palestina, bukan karena Indonesia berpenduduk mayoritas muslim, tetapi lebih kepada tidak sepakat dengan kolonialisme.

Menurut Adam, saat ini Mahkamah Internasional sedang mengkaji terkait dampak hukum akibat pendudukan yang berkelanjutan di Palestina. Ia menegaskan, Indonesia ikut dalam proses pengkajian tersebut. Adam menyebut dampak politik dan ekonomi akibat perang Hamas-Israel saat ini sangat luas.

Dampak ekonomi dari perang tersebut juga berdampak global dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi global berkurang 0,1 persen, harga minyak dunia naik 4 dolar AS per barel. Menurut Adam, bila perang melebar ke negara-negara lain, dampaknya akan semakin besar.

Selain itu, tegas Adam, serangan balasan Israel yang tidak proporsional terhadap Hamas menimbulkan dampak kemanusiaan yang berkepanjangan bagi Palestina. Mitigasi konflik Hamas-Israel, jelas Adam, sangat penting dilakukan dengan mendorong gencatan senjata dalam upaya perdamaian di Palestina.

Dosen Hubungan Internasional, Universitas Indonesia, Broto Wardoyo berpendapat penyelesaian konflik Palestina-Israel harus ada poin yang jelas. Yakni dengan mengutamakan penyelesaian krisis, setelah itu baru tuntaskan masalah lainnya.

Menurut Broto, tidak mungkin menyelesaikan konflik di Gaza, bila tidak menyelesaikan akar permasalahannya. Bila melihat ke belakang, ungkap dia, sebetulnya pada konflik saat ini ditemukan kondisi tingkat keparahan yang tinggi di Gaza, sejak Israel meninggalkan Gaza pada 2006.

Karena, menurut Broto, saat ini yang berkuasa di Israel adalah pemerintahan koalisi religius garis keras, yang tidak mempertimbangkan penyelesaian konflik secara damai. Di sisi lain, jelas Broto, di Palestina saat ini  masyarakat juga sudah tidak percaya lagi dengan opsi-opsi di luar tindak kekerasan akibat kondisi kehidupan yang semakin sulit.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement