REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis pasar mata uang Lukman Leong memperkirakan rupiah melemah terhadap dolar AS, yang rebound di tengah sentimen risk off pasar, karena pernyataan hawkish dari pejabat The Fed Christopher J Waller dan John Williams.
"Waller mengatakan The Fed walau tidak akan menaikkan suku bunga pada pertemuan November 2023, namun bisa saja menaikkan suku bunga di pertemuan berikutnya. Sedangkan, Williams melihat suku bunga The Fed akan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama," kata dia ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis (19/10/2023).
Faktor lain dari pelemahan rupiah adalah sikap investor yang mengantisipasi pidato yang lebih hawkish dari Kepala The Fed Jerome Powell pada malam ini. Powell diperkirakan memberikan pernyataan yang lebih hawkish mengingat data ekonomi AS yang masih kuat dan inflasi yang tidak turun sesuai harapan.
Data penjualan ritel AS mengalami peningkatan 0,7 persen month to month (mtm) dengan ekspektasi 0,3 persen dan naik 3,8 persen year on year (yoy) dengan ekspektasi 1,5 persen.
"Melihat dari kondisi internal, investor menantikan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang diprediksi akan mempertahankan kebijakan tingkat suku bunga," ungkap Lukman.
Nilai tukar (kurs) rupiah, yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi melemah sebesar 0,43 persen atau 68 poin menjadi Rp 15.798 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.730 per dolar AS.