Kamis 19 Oct 2023 12:33 WIB

Aktivis Inggris Lauren Booth Ajak Muslim Doakan Palestina

Apa yang terjadi merupakan bagian penderitaan berkepanjangan bagi rakyat Palestina.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Fernan Rahadi
Lauren Booth
Foto: muslimvillage.com
Lauren Booth

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konflik yang terjadi di Gaza, Palestina, kian hari kian memanas. Berita duka seolah tak berhenti disampaikan, termasuk gugurnya anak-anak kecil.

Aktivis dan jurnalis asal Inggris, Lauren Booth, menyampaikan keprihatinannya atas kondisi tersebut. Ia menyampaikan tentang kondisi terkini masyarakat Gaza, melalui informasi beberapa kerabatnya.

Baca Juga

"Apa yang terjadi sekarang adalah sebuah permainan yang sudah lama dirasakan orang-orang Palestina, khususnya di Gaza. Ini bukan kejadian 50 bulan, 50 minggu, 50 tahun. Ini bukan konflik yang berumur 10 hari atau dua minggu. Ini bukan sesuatu yang dimulai seminggu yang lalu," kata dia dikutip dalam wawancaranya bersama Toward Eternity, Kamis (19/10/2023).

Apa yang terjadi saat ini merupakan bagian dari penderitaan berkepanjangan bagi rakyat Palestina. Sumber daya dan tanah mereka telah dicuri dengan sengaja dan jahat oleh Zionis dan Zionisme, dengan cara yang tidak etis dan upaya mendominasi suatu populasi.

Israel disebut telah melakukan kejahatan perang dengan memutus aliran listrik dan membatasi akses internet. Banyak keluarga yang tidak tahu apakah saudaranya masih hidup atau sudah meninggal.

Tidak berhenti di situ, zionis juga menyuruh warga Gaza keluar dari rumah mereka. Booth mengaku mengetahui beberapa nama yang harus tidur di jalan, sementara  bahkan ketika pengeboman masih terus terjadi.

"Aku menghubungi beberapa teman di Gaza, salah satunya adalah Mohammed Ajour. Ia adalah pemain basket profesional, tapi harus duduk di kursi roda karena kakinya diamputasi setelah terkena rudal Israel 10 tahun lalu. Ia berpesan agar aku mendoakannya, karena mungkin ini adalah hari terakhirnya," ujar Booth.

Ia mengaku merasa sedih saat bertukar kabar dengan saudara dan saudari Muslim di Gaza. Tidak sedikit dari mereka yang sedang mengalami kesusahan dan diambang kematian, tetapi masih menanyakan kabar dan bersimpati padanya.

"Itu menghancurkan hatiku. Saya duduk di sini di Istanbul dalam kondisi mewah. Tapi iman mereka membuat mereka peduli pada Umat Muslim. Apakah kita sebagai umat Muslim lainnya juga peduli terhadap mereka?" ucap dia.

Ia juga menjawab pertanyaan perihal mengapa Israel bisa begitu tega dan kejam terhadap Palestina. Menurutnya, jika seseorang bisa melihat orang lain disakiti dan tidak mempunyai perasaan sedih atau peduli terhadap orang tersebut, itu disebut dehumanisasi.

Booth menyebut proses dehumanisasi ini telah terjadi sejak awal berdirinya negara Zionis pada tahun 1948, ketika hal itu diumumkan. Mereka (Israel) juga selalu menyebut orang Palestina dan Arab pada umumnya sebagai ternak berkaki dua.

Mereka menganggap orang Palestina atau Arab sebagai hewan yang dapat digiring kemana pun yang mereka mau. Mereka tidak memiliki konsep bahwa Muslim, Arab dan Palestina, adalah masyarakat atau orang yang nyata.

"Hal ini sangat, sangat berbahaya dan merupakan salah satu penanda akan terjadinya genosida. Ada daftar terkenal yang memberikan 10 langkah menuju genosida. Dan salah satu aksi terakhirnya adalah dehumanisasi terhadap pihak lain," kata Booth.

Zionis Israel disebut tidak memandang anak-anak Palestina sebagai anak-anak. Mereka melihat mereka sebagai pendukung Hamas. Sementara, tidak pernah ada di belahan negara manapun seorang anak berusia enam bulan ikut dalam pemilihan umum (pemilu) atau kontestasi politik.

Terakhir, ia mengajak Muslim di seluruh dunia untuk bersatu dan mendoakan masyarakat Gaza, Palestina. Percaya pada mukjizat dan kebesaran Allah SWT. Ia menyebut ini bukanlah saatnya untuk menangis atau meratapi kesedihan.

"Ini bukan waktunya untuk menangis. Ini adalah waktu untuk ketabahan. Wallahi, dalam kamus, di samping kata tabah seharusnya ada satu kata, Palestina," ujar dia.

Ia menyebut setan selalu ingin manusia merasa putus asa, bersedih dan meratap. Itu bukan Islam. Karena itu, Booth mengajak semua pihak untuk duduk di atas sajadah, meski bukan waktu untuk shalat, lalu berdoa.

"Ucapkan saja, Ya Rahman, Ya Rahim, Ya Qudus, Ya Salam, Ya Allah. Kemenangan bagi rakyat yang tertindas. Kemenangan bagi hamba-Mu. Ya Allah berkatilah mereka. Allah akan melaknat para penindas. Allah memberkati Palestina dengan kemenangan. Amin," kata Booth.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement