REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Para ilmuwan melaporkan, gempa terkuat yang mengguncang Mars terjadi bukan karena jatuhnya asteroid, melainkan karena kekuatan tektonik di dalam planet itu sendiri. Temuan baru menunjukkan Mars lebih aktif secara seismik dibandingkan perkiraan sebelumnya.
Dilansir Space, Jumat (20/10/2023), pada 4 Mei 2022, pendarat InSight milik NASA yang sekarang sudah tidak digunakan lagi mencatat gempa berkekuatan 4,7 skala Richter. Ini lima kali lebih kuat dari pemegang rekor sebelumnya berkekuatan 4,2 skala Richter yang diukur InSight pada tahun 2021.
Tidak seperti kebanyakan gempa Mars yang berhenti dalam waktu satu jam, gema dari gempa musim panas berlanjut selama enam jam. Kejadian itu menandai gempa terkuat dan terpanjang yang pernah tercatat di planet lain.
Selain mendarat di Elysium Planitia di Mars pada November 2018, InSight merasakan lebih dari 1.300 gempa Mars, setidaknya delapan di antaranya disebabkan oleh dampak asteroid. Sinyal dari gempa besar pada Mei 2022, yang diukur dengan seismometer sensitif di dalam wahana pendarat, serupa dengan sinyal lain yang disebabkan oleh hantaman asteroid, sehingga para ilmuwan mulai mencari kawah baru selebar 30 meter di Mars dan segumpal debu, keduanya yang akan muncul segera setelah benturan asteroid.
Para ilmuwan juga mengatakan tim di India, Cina, Eropa, dan Uni Emirat Arab mencari indikator-indikator ini menggunakan pengorbit masing-masing yang mengelilingi Mars, namun tidak pernah ditemukan. Itu sebabnya setelah berbulan-bulan melakukan pencarian, mereka menyimpulkan bahwa gempa tersebut berasal dari tektonik.
Kearifan konvensional berpendapat bahwa tidak seperti Bumi, Mars terlalu kecil dan terlalu dingin untuk menampung proses tektonik. Lempeng tektonik bumi— batuan besar berbentuk tidak beraturan yang batasnya terkubur di bawah lautan— bergerak sebagai respon terhadap gaya dalam mantel (lapisan antara kerak dan inti bumi) dan biasanya menyebabkan tanah longsor dan gempa Bumi, sehingga lempeng tektonik tidak diyakini tidak terjadi di Mars.
Sebaliknya, menurut studi baru tersebut, gempa yang terdeteksi oleh InSight kemungkinan besar disebabkan oleh pelepasan tekanan berusia miliaran tahun di dalam kerak Mars yang terbentuk dan berevolusi karena berbagai bagian planet mendingin dan menyusut pada tingkat yang berbeda-beda.
“Kami masih belum sepenuhnya memahami mengapa beberapa bagian bumi tampaknya memiliki tekanan yang lebih tinggi dibandingkan bagian lainnya, tetapi hasil seperti ini membantu kami untuk menyelidiki lebih lanjut,” kata Benjamin Fernando, peneliti pascadoktoral di Universitas Oxford di Inggris, dalam sebuah pernyataan.
"Suatu hari nanti, informasi ini dapat membantu kita memahami di mana tempat yang aman bagi manusia untuk tinggal di Mars, dan di mana yang mungkin ingin Anda hindari!”ujarnya.