REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puluhan aktivis iklim termasuk Greta Thunberg diamankan oleh polisi Inggris saat melakukan aksi protes terhadap penyelenggaraan Energy Intelligent Forum, sebuah konferensi industri minyak dan gas di London. Mereka ditahan setelah aksinya dinilai mengganggu ketertiban publik, meskipun tak lama kemudian mereka dibebaskan dengan jaminan.
Para aktivis yang tergabung dalam inisiatif Fossil Free London telah melancarkan aksi-aksi protes sejak tanggal 17 hingga 19 Oktober di luar hotel tempat konferensi berlangsung. Lantas mengapa para aktivitis memprotes konferensi tersebut?
Hingga tahun 2019, konferensi itu secara lebih transparan disebut sebagai Konferensi Minyak & Uang (Oil and Money Summit). Meskipun sudah mengganti nama, para aktivitas menilai, konferensi itu tetap memiliki agenda untuk memperlambat transisi energi dari sumber energi fosil ke sumber energi terbarukan. Bahkan, mereka juga menilai konferensi tersebut merupakan acara "Oscar" untuk industri minyak.
“Aksi kami adalah tentang menagih pertanggungjawaban industri minyak. Konferensi ini juga ibarat Oscar untuk industri minyak, karena ada upacara penghargaan setiap tahun yang sebelumnya dimenangkan oleh [mantan] CEO Shell, Ben van Beurden,” kata pemimpin aksi protes Fossil Free London, Robin Wells.
Para pembicara pada konferensi itu meliputi para pemimpin sejumlah raksasa bahan bakar fosil, termasuk: Claudio Descalzi, CEO raksasa minyak Italia Eni; Amin Nasser, presiden dan CEO Saudi Aramco yang merupakan salah satu penghasil polusi terbesar di dunia; dan Anders Opedal, Presiden dan CEO Equinor, yang berada di balik pengembangan minyak Rosebank yang kontroversial di Inggris.
Menteri Security Energy and Net Zero Inggris, Graham Stuart, juga akan menjadi pembicara. Begitu juga dengan mantan Menteri Energi dan Perubahan Iklim Inggris, Charles Hendry. Presiden COP28 dan CEO Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC) Sultan Al Jaber juga termasuk dalam daftar pembicara.
Namun kini, Al Jaber tampaknya telah dicoret dari daftar pembicara. Dan para aktivis iklim mengklaim kemenangan atas mundurnya Al Jaber dari konferensi tersebut.
“Kami mendapat kabar baik karena Al Jaber tampaknya mulai ketakutan dengan protes kami. Tampaknya dia tidak bisa menghadapi pertanggungjawaban semacam ini, tepat sebelum dia tampil di panggung COP28,” kata Wells seperti dilansir Euro News, Kamis (19/10/2023).
Di bawah kampanye Oily Money Out, para aktivis iklim melakukan aksi protes selama tiga hari di luar acara konferensi. Para aktivis bergabung dalam demonstrasi pertama pada hari Selasa, 17 Oktober pagi di luar hotel mewah InterContinental. Para aktivis Greenpeace turun dari atap hotel untuk membentangkan spanduk bertuliskan "make big oil pay".
Pada Rabu 18 Oktober protes dilakukan terhadap ekstraksi minyak Rosebank, yang bertujuan untuk mengganggu CEO Equinor, Opedal, dengan musik dan pidato dari para aktivis. Lalu pada Kamis, para pengunjuk rasa akan turun ke jalan dari Marble Arch ke Wellington Arch sebagai bagian dari 'Festival Perlawanan', menyerukan diakhirinya pengembangan minyak dan gas baru.
Wells memperkirakan setidaknya beberapa ratus orang akan hadir, dengan puluhan kelompok iklim dari seluruh Eropa akan datang ke London; seperti StopEacop dari Paris, Fridays for Future Sweden, dan XR Brussels.
Lalu siapakah Fossil Free London? Fossil Free London merupakan aksi inisiatif yang bertujuan untuk memprotes industri minyak dan gas yang berkumpul di London. Dalam upaya membuat London tidak ramah terhadap industri bahan bakar fosil, kelompok ini telah melakukan berbagai aksi langsung, aksi dan protes dalam beberapa bulan dan tahun terakhir.
Sebagai bagian dari kampanye 'Shut Down Shell', para aktivis juga mengganggu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perusahaan pada Mei, mencoba menyerbu panggung di depan para pemegang saham. Pada bulan Juni, para anggota melakukan aksi piket di kantor pusat Shell setiap hari kerja.
“Kita perlu menuntut uang minyak mereka, dan itu dimulai dengan turun ke jalan dan menjelaskan kepada mereka dan masyarakat luas bahwa mereka tidak diterima dan bisnis seperti biasa harus berubah,” tegas Wells.