Kamis 19 Oct 2023 15:03 WIB

Debit Air di Bendung Katulampa Kembali Menyusut Hari Ini

Belum ada turunya hujan menjadi salah satu penyebab debit Kutalampa menyusut.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Agus Yulianto
Sejak Juni 2023, debit air Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor menyusut di tengah musim kemarau dengan status siaga.
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Sejak Juni 2023, debit air Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor menyusut di tengah musim kemarau dengan status siaga.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Debit air Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, kembali menyusut hari ini, Kamis (19/10/2023) menjadi 1.600 liter per detik, dari sebelumnya 1.800 liter per detik. Kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, yang menjadi hulu Sungai Ciliwung pun belum diguyur hujan selama sebulan lebih.

Pelaksana Bendung Katulampa, Andi Sudirman, mengatakan, dari debit air 1.600 liter itu disalurkan ke saluran irigasi Kali Baru sebanyak 1.400 liter per detik. Sedangkan ke arah Sungai Ciliwung digelontorkan sebanyak 200 liter per detik.

Pada saat normal, debit air di Bendung Katulampa sebanyak 5.000-10.000 liter per detik. “Iya (debit air Bendung Katulampa menyusut) mulai hari ini. Tinggi Muka Air (TMA) masih 0 centimeter,” kata Andi dikonfirmasi Republika.co.id, Kamis (19/10/2023).

Surutnya debit air di Bendung Katulampa ini, salah satunya disebabkan belum ada hujan di wilayah Puncak, Kabupaten Bogor, atau di hulu Sungai Ciliwung. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Klimatologi Jawa Barat mencatat dalam sebulan ini kawasan Puncak memang tidak diguyur hujan.

Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Barat Rakhmat Prasetia, mengatakan kawasan Puncak sudah tidak ada hujan selama sebulan lebih. Dari pemetaan curah hujan yang dimilikinya, kawasan Puncak ditandai dengan titik berwarna cokelat.

“Dari data di atas terlihat lebih dari satu bulan tidak ada hujan. Iya (curah hujan kategori rendah 0-50 mm/das),” ujarnya.

Menurut Rakhmat, kondisi curah hujan di kawasan Puncak tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Biasanya memasuki Oktober hujan sudah mulai turun dan mengakhiri musim kemarau. 

Namun, kata dia, pada tahun ini hujan diperkirakan baru turun pada akhir Oktober atau November. “Beda (curah hujannya). Tahun ini lebih kering. Insya Allah akhir Oktober atau November mulai hujan,” kata Rakhmat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement