REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penurunan produksi jagung sebesar 2,07 juta ton pada tahun ini membuat para peternak kesulitan mendapatkan bahan pakan ternak. Hal ini turut mengerek harga pakan dan mengerek harga telur dan ayam potong. Untuk bisa meminimalisir hal ini, pemerintah mengalokasikan impor jagung 500 ribu ton pada tahun ini.
Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi menjelaskan pemerintah tetap mengupayakan peningkatan produksi jagung di hulu. Sedangkan untuk bisa menstabilkan harga di hilir, pemerintah akan melakukan penguatan stok cadangan pangan dengan melakukan impor jagung.
"Kami fokus pada peningkatan produksi jagung di hulu. Acuannya tentu dari data Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) yang sudah diumumkan. Sementara di hilir, Badan Pangan Nasional berfokus pada penguatan stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) jagung dan stabilisasi harga,” ujar Arief, Kamis (19/10/2023).
Adapun BPS pada 16 Oktober 2023 lalu, telah merilis data KSA BPS tentang luas panen dan produksi jagung di mana luas panen jagung diperkirakan sebesar 2,49 juta hektar yang berarti mengalami penurunan 0,28 juta hektar atau 10,03 persen dibandingkan luas panen tahun sebelumnya. Sementara itu, untuk produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 14 persen pada 2023 sebesar 14,46 juta ton. Hal ini pun berarti adanya penurunan sebanyak 2,07 juta ton atau 12,50 persen dibandingkan tahun lalu.
"Berdasarkan prognosa neraca jagung nasional, diperkirakan dalam empat bulan akhir tahun 2023 neraca bulanan jagung mengalami defisit," ujar Arief.
Karena itu, untuk membantu peternak rakyat yang saat ini memerlukan pasokan jagung pakan yang memadai, pemerintah akan melakukan impor jagung sebanyak 500 ribu ton yang dikhususkan untuk stabilitas harga di tingkat peternak sesuai arahan Presiden Joko Widodo pada Ratas (9/10/2023). Adapun pada tahap awal besaran impor jagung tersebut mencapai 250 ribu ton.
"Impor jagung akan dilakukan secara terukur dengan mempertimbangkan harga jagung di tingkat petani tetap baik. Karena itu, data peternak penerima jagung pakan tersebut harus detail by name by address dan dikoordinasikan bersama Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan serta Dinas Pertanian/Pangan setempat," tegas Arief.
Sementara itu, Panel Harga Pangan NFA per 18 Oktober 2023 menunjukkan harga rata-rata jagung pipilan kering di tingkat petani sebesar Rp 5.510 per kg, berada di atas Harga Acuan Pemerintah (HAP) sebesar Rp 3.970 per kg. Sementara di tingkat konsumen, harga rata-rata jagung pipilan kering sebesar Rp 7.282 per kg. Ini pun juga berada di atas HAP sebesar Rp 5.000 per kg.
Arief menambahkan, Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) dari daerah sentra jagung ke daerah sentra peternak menjadi solusi jangka pendek yang dilakukan dalam upaya stabilisasi pasokan dan harga jagung. Karena itu, paralel dengan proses importasi jagung yang membutuhkan waktu, Arief juga meminta agar mengoptimalkan penyerapan produksi jagung yang masih memungkinkan di wilayah-wilayah sentra.
NFA mencatat hingga minggu pertama bulan Oktober 2023, total beberapa komoditas pangan yang telah disalurkan melalui realisasi FDP mencapai 1,47 juta kg. Dari itu, realisasi komoditas yang paling tinggi disalurkan adalah jagung yang mencapai jumlah 1,14 juta kg atau 77,35 persen.
“Kemudian NFA perlu ada percepatan FDP jagung pakan. FDP ini yang tercepat bisa kita lakukan. Stok jagung pakan sangat diperlukan dalam kaitannya ketersediaan komoditas lainnya, yaitu telur dan daging ayam. Apalagi telur merupakan protein hewani yang affordable dan mudah dijangkau, sehingga peternaknya harus kita perhatikan,” pungkas Arief.