Kamis 19 Oct 2023 19:00 WIB

Banyak Penerbit Negara Muslim Mundur, Direktur Frankfurt Book Fair: Ini Bencana Bagi Kami

Mundurnya penerbit negara-negara Muslim karena FBF sangat berpihak pada Israel.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Seorang pegawai pameran buku memasang buku di rak pada Pameran Buku Internasional Frankfurt 2023, di Frankfurt am Main, Jerman, 17 Oktober 2023.
Foto: EPA-EFE/RONALD WITTEK
Seorang pegawai pameran buku memasang buku di rak pada Pameran Buku Internasional Frankfurt 2023, di Frankfurt am Main, Jerman, 17 Oktober 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN – Penyelenggaraan Frankfurt Book Fair (FBF) telah terdampak oleh konflik antara kelompok Hamas dan Israel. Sejumlah organisasi penerbit dari negara-negara mayoritas Muslim memutuskan mundur dari FBF.

Langkah itu diambil setelah Direktur FBF Juergen Boos menyatakan secara terbuka keberpihakannya terhadap Israel dan mengutuk Hamas. Boos mengatakan, dia menyesalkan dan sangat kecewa dengan keputusan organisasi penerbit dari sejumlah negara Muslim yang memilih mundur dari perhelatan FBF karena persoalan geopolitik.

Baca Juga

“Ini benar-benar bencana bagi kami, bagi saya sendiri. Saya ingin orang-orang ada di sini, melakukan wacana yang jujur, melakukan diskusi, meskipun hal itu mungkin kontroversial,” ujar Boos, dikutip laman Deutsche Welle, Rabu (18/10/2023).

FBF dibuka pada Rabu lalu bagi sekitar 6.000 perwakilan media. Sebelum adanya keputusan sejumlah penerbit yang mundur, aula FBF seharusnya diisi lebih dari 4.200 peserta pameran dari 95 negara. Slovenia menjadi Tamu Kehormatan FBF tahun ini.

Mundurnya sejumlah penerbit dari negara-negara Muslim dipicu oleh pernyataan Juergen Boos terkait pertempuran Hamas dengan Israel. Dia mengecam serangan Hamas ke Israel yang terjadi pada 7 Oktober 2023 lalu. Boos menggambarkan aksi Hamas sebagai tindakan barbar. “(FBF) berpihak pada Israel dengan solidaritas penuh,” ujarnya.

Dia kemudian berjanji akan menampilkan lebih banyak suara Israel dalam FBF. Selain itu, penyelenggara LiBeraturpreis, yang seharusnya memberikan penghargaan kepada penulis Palestina, Adania Shibli, di sela-sela FBF, memutuskan menunda prosesi penganugerahan.

Merespons hal itu, sejumlah organisasi penerbit, seperti Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi), Otoritas Buku Sharjah Uni Emirat Arab, Asosiasi Penerbit Emirate, dan Asosiasi Penerbit Arab di Mesir, memutuskan mundur dari FBF.

“Memihak Israel sambil melupakan penderitaan rakyat Palestina ibarat membaca satu buku saja untuk merasa memahami seluruh dunia,” kata Ketua Umum Ikapi Arys Hilman Nugraha dalam sebuah pernyataan.

Terkait pemberian penghargaan terhadap penulis Palestina Adania Shibli yang ditunda, sebuah surat terbuka telah ditulis untuknya. Surat tersebut sejauh ini telah mengumpulkan lebih dari 1.000 penandatangan, termasuk dari penulis terkenal seperti pemenang Hadiah Nobel Abdulrazak Gurnah, Annie Ernaux, dan Olga Tokarczuk.

“Pada saat pameran tersebut mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka ingin membuat suara Israel 'terutama terlihat di pameran tersebut,' mereka menutup ruang bagi suara Palestina,” demikian bunyi isi surat tersebut.

Surat itu juga mengecam bahwa Litprom, asosiasi yang memberikan penghargaan LiBeraturpreis, pada awalnya mengklaim dalam sebuah pernyataan bahwa keputusan untuk membatalkan upacara penghargaan telah dibuat berdasarkan kesepakatan dengan penulis, dalam hal ini Adania Shibli. Informasi tersebut kemudian dimuat ulang oleh berbagai media, termasuk DW. Pernyataan Litprom telah dikoreksi. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement