Kamis 19 Oct 2023 19:12 WIB

Mengapa Kiblat Berubah dari Yerusalem ke Makkah? (Bagian 2-Habis)

Pergantian kiblat merupakan pernyataan Tuhan atas kesempurnaan agama.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Pengunjung melihat pameran lukisan kaligrafi di Jakarta Islamic Center, Koja, Jakarta, Sabtu (19/8/2023). Pameran bertajuk The Power of Kabah International Islamic Caligraphy tersebut memamerkan lukisan kaligrafi karya dari ratusan seniman dari 30 negara.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pengunjung melihat pameran lukisan kaligrafi di Jakarta Islamic Center, Koja, Jakarta, Sabtu (19/8/2023). Pameran bertajuk The Power of Kabah International Islamic Caligraphy tersebut memamerkan lukisan kaligrafi karya dari ratusan seniman dari 30 negara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap mendirikan sholat, umat Islam mungkin mengatakan bahwa mereka melakukan perjalanan spiritual ke Ka’bah di Makkah, seperti yang dilakukan Nabi SAW pada Perjalanan Malamnya (Isra') ke Yerusalem.

Dan dari Ka’bah, ruh kita bergerak ke atas menuju Allah SWT seperti halnya Nabi SAW pada saat Mi'raj dari Yerusalem menuju langit ketujuh. Jadi bagi seorang jamaah yang shaleh dan ikhlas, setiap Sholat yang ia laksanakan seolah-olah melibatkan Isra dan Mi'raj.

Baca Juga

Selama Kenaikannya (Mi'raj), dalam pengalaman mistik yang memiliki makna spiritual yang luar biasa, Nabi Muhammad SAW memimpin semua nabi sebelumnya dalam sholat di masjid Al-Aqsa di Yerusalem. Ini adalah peristiwa luar biasa yang melambangkan tidak hanya kesatuan kedua rumah ibadah, Ka’bah dan Al-Aqsa, tetapi juga kesatuan bimbingan Allah yang diberikan melalui para nabi.

Yerusalem melambangkan garis keturunan Ishak, sedangkan Makkah melambangkan garis keturunan Ismail. Hal ini menyoroti pentingnya kedua kota yang berfungsi sebagai kiblat umat Islam: Pertama Yerusalem dan kemudian Makkah.

Nabi terakhir yang lahir dari garis keturunan Ismail, putra pertama Ibrahim, di Makkah diperintahkan untuk kembali ke Yerusalem untuk sholat; dan kemudian sebagai titik balik yang signifikan dalam proses penyelesaian agama Islam, Allah meminta Nabi Muhammad SAW untuk mengunjungi rumah Allah yang pertama di Makkah untuk beribadah.

Dan Allah berfirman di dalam Alquran:

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ  وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ  ۗوَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: "Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan kiblat (Baitulmaqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya, kecuali agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia." (QS Al-Baqarah [2]:143)

Nabi umat manusia...

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement