Jumat 20 Oct 2023 08:00 WIB

Pengakuan Yahudi Nasrani: Yerusalem Palestina Lebih Damai di Bawah Islam

Yerusalem Palestina menjadi rumah bagi tiga agama

Red: Nashih Nashrullah
Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem. Yerusalem Palestina menjadi rumah bagi tiga agama
Foto: AP Photo/Mahmoud Illean
Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem. Yerusalem Palestina menjadi rumah bagi tiga agama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Kota Yerusalem, memiliki sejarah panjang yang selalu berkaitan dengan iman. Sebelum tahun 1947, wilayah ini berada di bawah koloni kerajaan Inggris. Tapi gerakan Zionis yang kian gencar, pada tahun-tahun itu, membuat pemerintahan Inggris akhirnya menyerahkan mandat kepada dunia internasional, yang diwakili oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Peristiwa ini dipicu oleh kelompok teroris Yahudi yang begitu radikal berusaha mewujudkan dan merebut tanah Palestina. Satu di antara kelompok teroris itu adalah Irgun yang memelopori perpindahan para pengungsi Yahudi yang selamat dari kejaran Nazi untuk masuk ke Palestina. Beratus-ratus ribu penduduk Yahudi, yang sebagian besar dari Eropa, diselundukan masuk dan menduduki wilayah Palestina.

Baca Juga

Pemerintahan Inggris di sana menolak keras arus diasprora yang berkedok pengungsi ini. Dan hal ini membuat kelompok teroris Irgun, marah besar pada Inggris yang dianggapnya setali tiga uang dengan Nazi.

Lalu peristiwa penting yang mengubah keadaan pun terjadi. Irgun meledakkan bangunan Hotel King David yang menjadi markas angkatan bersenjata Inggris di wilayah itu. Tak kurang dari 91 tentara Inggris terbunuh, dan puluhan lagi luka-luka. Dan ini membuat pemerintahan Inggris kalang kabut, lalu menyerahkan wilayah Palestina pada PBB, yang saat itu baru berdiri dan masih seumur jagung.

Pada 29 November 1947, Sidang Umum PBB digelar dengan mengajukan rancangan pembagian negara antara Palestina dan Israel yang sangat menguntungkan pihak Yahudi. Maklum, lobi Zionis memang telah berakar bahkan sejak PBB mulai dibentuk.

Kesepakatan lain dalam sidang tersebut adalah membentuk Corpus Separatum yang menempatkan Yerusalem dan Bethlehem di bawah kontrol dunia internasional.

Rancangan yang akhirnya dimenangkan dengan voting oleh pendukung Zionis ini sebetulnya tepat seperti rancangan yang diajukan Zionis sendiri pada Agustus 1946. 

Tapi jauh sebelum itu, ketika kerajaan-kerajaan Kristen memegang tampuk kekuasaan, terjadi pembasmian besar-besaran atas kedua umat agama lain, Islam dan Yahudi. Bahkan, ketika Perang Salib meletus untuk pertama kali nya, digambarkan kota ini berada dalam genangan darah. 

Baca juga: Daftar Produk-Produk Israel yang Diserukan untuk Diboikot, Cek Listnya Berikut Ini

Pada abad ke-11, kota ini pernah mendapat gempuran yang sangat dahsyat sebanyak tiga kali dari hasil seruan Paus Urbanus II.

Paus yang namanya ditulis dengan tinta darah ini memerintahkan agar seluruh kerajaan Kristen di Eropa untuk menghentikan perang saudara yang mereka lakukan. Sebagai gantinya, mereka harus melakukan perang suci pembebasan. 

Baca juga: Doa Lengkap Ini untuk Mohon Ampunan dari Segala Jenis Dosa

Tahun 1099, Yerusalem berhasil ditaklukkan. Dan selama tiga hari setelah itu, Pasukan Salib berpesta pora dengan pembantaian. Tak kurang dari 30 ribu penduduk kota ini dibantai dengan berbagai cara yang paling keji dan tak pernah dibayangkan manusia. 

Jika kini kebiadaban terjadi lagi di tanah yang sama, dengan pemain yang berbeda, semua hanya memastikan, bahwa Allah dan Rasul-Nya benar semata.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement