Jumat 20 Oct 2023 09:21 WIB

Menteri Dalam Negeri Prancis Tantang Balik Benzema Soal Tudingan Terorisme

Darmanin menuding Benzema memiliki hubungan dekat dengan Ikhwanul Muslimin.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Endro Yuwanto
Pesepak bola Muslim asal Prancis, Karim Benzema, yang kini memperkuat klub Arab Saudi, Al Ittihad.
Foto: AP Photo
Pesepak bola Muslim asal Prancis, Karim Benzema, yang kini memperkuat klub Arab Saudi, Al Ittihad.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin, menegaskan tidak akan menarik pernyataan terkait tudingan kedekatan hubungan antara Karim Benzema dengan gerakan Ikhwanul Muslimin (IM). Darmanin pun siap meladeni tuntutan yang bakal diajukan oleh kuasa hukum mantan penyerang timnas Prancis tersebut.

Pada awal pekan ini, Darmanin menuding Benzema memiliki hubungan dekat dengan Ikhwanul Muslimin, organisasi yang mendapatkan label organisasi teroris di sejumlah negara. Pernyataan ini diungkapkan Darmanin secara terbuka dalam siaran langsung salah satu stasiun televisi Prancis.

Baca Juga

Benzema via kuasa hukumnya, Hugues Vigier, merespons tudingan ini. Penyerang klub  Arab Saudi, Al Ittihad, itu membuka kemungkinan untuk mengajukan tuntutan hukum buat Darmanin. Politisi berusia 41 tahun itu dinilai melakukan pencemaran nama baik, penghinaan di muka umum, dan manipulasi informasi.

Namun, ancaman ini tidak membuat Darmanin gentar. Darmanin justru seolah menantang balik Benzema untuk mengajukan tuntutan hukum terhadap dirinya.

''Tuntutan hukum yang diajukan pengacaranya? Itu adalah dakwaan yudisial. Saya akan menyerahkannya kepada pengadilan, apabila dia telah mengajukan tuntutan,'' kata Darmanin kepada RMC Sport, Jumat (20/10/2023).

Dalam kesempatan wawancara yang sama, Darmanin juga kembali menegaskan klaimnya soal kedekatan hubungan mantan bintang Real Madrid itu dengan Ikhawnul Muslimin. Darmanin mendasarkan tudingannya tersebut lewat aktivitas Benzema di akun media sosial.

Penyerang berusia 35 tahun itu dinilai mendukung aksi terorisme lantaran tidak mengunggah pesan duka cita ataupun simpati atas terbunuhnya seorang guru di pinggiran Kota Paris, Dominique Bernard, akhir pekan lalu. Bernard ditemukan meninggal dunia akibat berbagai luka tusukan usai ditikam oleh mantan muridnya.

Pelaku diduga kuat terkait dengan gerakan terorisme dan ekstremis Islam. Pembunuhan Bernard ini seolah mengulangi tragedi serupa, yang menimpa Samuel Paty, pada 2020 silam. Tidak hanya soal kasus pembununhan Bernard, Darmanin juga menuding Benzema berat sebelah dalam menyikapi konflik militer teranyar antara kelompok pejuang Palestina, Hamas, dengan Israel.

''Benzema adalah warga negara Prancis. Namun, saya memiliki hak untuk menolak ide dia mengunggah pesan soal warga negara Palestina. Cukup mengejutkan, dia tidak mengunggah pesan soal korban dari warga Israel, begitu juga soal pembunuhan guru di Paris. Anda bisa melihat bagaimana pemilihan pesan ini menimbulkan kecurigaan tersendiri,'' kata Darmanin.

Metode ini, ujar Darmanin, sejalan dengan aksi yang biasa dilakukan Ikhawnul Muslimin di media sosial, terutama dalam menyebarkan kebencian terhadap Prancis. ''Saya bisa katakan kepada Anda, Ikhawnul Muslimin begitu cerdas dalam menggunakan setiap kesempatan untuk menebarkan pesan anti-Prancis,'' kata Darmanin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement