REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Ketika puluhan ribu orang turun ke jalan di seluruh dunia pada 13 Oktober untuk menyuarakan perjuangan kemanusiaan dengan mendukung Palestina, ternyata pada saat yang sama semua massa pejuang kemanusiaan pro Palestina di Jerman dan Prancis dilarang dan terancam ditindak aparat.
Kedua negara tersebut--yang merupakan rumah bagi komunitas Yahudi dan Muslim terbesar di Uni Eropa--telah menindak kelompok-kelompok pro-Palestina.
Kedua pemerintah mengatakan bahwa pembatasan tersebut dilakukan untuk menghentikan gangguan publik dan mencegah antisemitisme. Namun, para pendukung Palestina mengatakan bahwa mereka merasa terhalang untuk mengekspresikan dukungan kepada nilai kemanusiaan atau keprihatinan mereka secara terbuka kepada orang-orang di daerah Gaza yang telah secara keji telah dibombardir Israel.
Mereka berani mengambil risiko ditangkap, kehilangan pekerjaan, atau status keimigrasian. Semua itu demi menyuarakan nilai kemanusiaan yang telah dilecehkan Israel. Lebih dari 3.500 orang telah terbunuh di Gaza sejak Israel melakukan pengeboman tanpa henti.
Sementara blokade yang menghalangi masuknya makanan, bahan bakar, dan obat-obatan telah menciptakan krisis kemanusiaan yang memprihatinkan.
"Kami takut, kami khawatir dituduh membenarkan terorisme, padahal kami hanya ingin mendukung tujuan kemanusiaan," kata Messika Medjoub, seorang mahasiswa sejarah Prancis-Aljazair berusia 20 tahun.
Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin memberlakukan larangan nasional terhadap protes pro-Palestina pekan lalu, dengan alasan adanya risiko kekacauan publik. Ada sembilan demonstrasi telah dilarang di Paris sejak 7 Oktober.
Selama akhir pekan, polisi Paris mengeluarkan larangan terhadap "kehadiran dan peredaran orang-orang yang menampilkan diri mereka sebagai pro-Palestina". Sejak 12 Oktober, mereka telah mengeluarkan 827 surat tilang dan menangkap 43 orang.
Di Jerman, polisi Berlin telah menyetujui dua permohonan untuk melakukan protes pro-Palestina sejak serangan Hamas yang pertama, kata seorang juru bicara polisi. Keduanya diajukan sebagai aksi diam.
Namun sedikitnya tujuh aksi, termasuk satu aksi yang dinamakan Yahudi Berlin Menentang Kekerasan Timur Tengah dan aksi lainnya yang berjudul Pemuda Melawan Rasisme, ditolak izinnya. Sedikitnya 190 orang telah ditahan dalam aksi-aksi tersebut.
Pemerintah Prancis dan Jerman mengatakan bahwa mereka perlu melindungi komunitas Yahudi. Di Jerman, masalah ini sangat akut karena pembunuhan enam juta orang Yahudi Eropa dalam Holocaust oleh Nazi.
"Sejarah kita, tanggung jawab kita atas Holocaust menjadikannya tugas kita setiap saat untuk membela keberadaan dan keamanan Israel," kata Kanselir Olaf Scholz kepada para anggota legislatif pekan lalu
Hungaria dan Austria juga telah memblokir protes pro-Palestina sejak 7 Oktober, sementara di negara-negara Eropa lainnya, unjuk rasa besar yang mendukung warga Palestina telah diselenggarakan dengan sedikit pembatasan.