REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DIY menyebut bahwa cuaca panas akan terjadi hingga oktober 2023 ini. Suhu udara yang lebih panas dari biasanya dikatakan terjadi di pertengahan Oktober.
Meski begitu, cuaca panas di DIY akan cenderung turun di akhir Oktober 2023. Hal ini menyusul akan mulai masuknya musim hujan di DIY pada November dasarian I 2023.
"Suhu naik prediksi kami sampai Oktober ini karena lebih urgennya di pertengahan-pertengahan Oktober ini. Tapi cenderung di akhir Oktober sudah mulai menurun," kata Kepala Stasiun Klimatologi BMKG DIY, Reni Kraningtyas di Kantor BPBD DIY, Kamis (19/10/2023).
Reni menjelaskan, dari monitoring suhu yang dilakukan BMKG DIY pada dasarian pertama Oktober 2023, suhu udara mencapai 33 derajat Celsius. Meski begitu, kondisi tersebut masih di bawah Jawa Tengah (Jateng) yang suhu udaranya mencapai 38 derajat Celsius.
"Biasanya di DIY cenderung lebih rendah lagi dibanding Jateng. Analisis kami atau Monitoring suhu, suhu maksimum yang terjadi kemarin yang terakhir itu sampai 33 derajat Celsius pada 5 Oktober. Beda dengan Jateng sampai 38 derajat Celsius. Kalau DIY menurut peralatan kami tidak sampai (38 derajat Celsius) seperti itu," kata Reni.
Reni menuturkan, sempat ada informasi yang berseliweran bahwa suhu udara di DIY di atas 35 derajat Celsius, bahkan hingga 40 derajat Celsius. Namun, berdasarkan monitoring suhu menggunakan alat oleh BMKG DIY, suhu udara tidak sampai di angka tersebut.
"Kalaupun ada yang mengatakan sampai 40 derajat Celsius dan sebagainya, mungkin di aplikasi HP ya, itu berupa aplikasi. Kalau kami ada alat yang dipasang di kantor kami, dan itu diamati terus, dan memang terakhir belum mencapai 35 derajat Celsius," ujar Rini.
Meski, suhu udara di DIY sempat menyentuh 36 derajat pada September 2023. Selain karena musim kemarau, El Nino juga menjadi penyebab suhu udara meningkat di DIY.
"Sebelumnya pernah mencapai 36 derajat Celsius yang memang pada kategori saat kondisi El Nino," jelasnya.
Selain itu, cuaca panas ini juga dikarenakan gerak semu matahari yang bergerak ke selatan ekuator. Hal ini menyebabkan sebagian wilayah di Indonesia, termasuk DIY mendapatkan pengaruh dampak penyinaran matahari yang relatif lebih intens.
"Itu yang menyebabkan suhu menjadi panas sekali. Jadi tutupan awan hujan itu tidak ada, clear sekali, musim kemarau tidak ada hujan, sehingga sinar matahari yang langsung ke bumi dipantulkan kembali. Jadi kalau pagi itu dingin sekali, tapi kalau pas panas (siang) terik sekali," kata Reni.