Jumat 20 Oct 2023 12:07 WIB

Lenyap Selama 130 Tahun, Kapal Misterius Ini Akhirnya Ditemukan

Kapal itu ditemukan dalam kondisi hampir sempurna dan terkubur di kedalaman laut.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Natalia Endah Hapsari
 Sebuah kapal misterius yang hilang bersama awaknya 130 tahun lalu, ditemukan dalam kondisi hampir sempurna.
Foto: Pen News
Sebuah kapal misterius yang hilang bersama awaknya 130 tahun lalu, ditemukan dalam kondisi hampir sempurna.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sebuah kapal misterius yang hilang bersama awaknya 130 tahun lalu, ditemukan dalam kondisi hampir sempurna dan terkubur di kedalaman laut yang gelap.

Kapal tersebut bernama Africa. Pada Oktober 1895, Africa sedang menarik kapal lain, Severn, melalui Danau Huron, di perbatasan AS-Kanada, yang kemudian kapal tersebut menghilang dalam badai salju.

Baca Juga

Karena putusnya tali penarik, Severn kandas di Semenanjung Bruce Kanada, tempat awaknya diselamatkan. Tetapi Africa justru menghilang dan tidak pernah terlihat lagi.

Hal itu bukan kemalangan pertama yang dialami Africa. Africa pernah terbakar hingga ke permukaan air pada 1886 sebelum dibangun kembali. Lalu nasib buruknya berlanjut bahkan seperti kapal karam.

Africa ditemukan terkubur dalam kerang quagga yang mengancam kehancurannya. Yvonne Drebert dan Zach Melnick sedang syuting film dokumenter tentang kerang (spesies invasif yang asing di Great Lakes) ketika mereka menemukan bangkai kapal tersebut.

“Kami menerima informasi bahwa para ilmuwan yang melakukan survei ikan di lepas pantai telah melihat adanya anomali pada pembacaan sonar mereka, yang pada dasarnya merupakan benjolan yang tidak biasa di dasar danau yang datar,” kata Melnick. “Sejujurnya kami berharap menemukan tumpukan batu,” kata Drebert, melansir Express, Jumat (20/10/2023).

Mereka baru berada di bawah danau selama beberapa menit ketika sebuah bangunan besar muncul dari kedalaman. Dan itu adalah sebuah kapal karam, dan mereka tidak mempercayainya.

“Kapal ini dalam kondisi murni, duduk tegak di dasar danau, seolah-olah baru saja jatuh dari permukaan dan tenggelam di dasar,” kata Drebert.

Africa ditemukan menggunakan ROV (kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh) bawah air pada kedalaman sekitar 280 kaki.

Namun kapal tersebut ditutupi oleh quagga invasif, yang tiba di Great Lakes sekitar 30 tahun yang lalu, sehingga mengidentifikasinya adalah sebuah tantangan.

“Ada begitu banyak quagga yang menyaring Great Lakes, sehingga danau tersebut menjadi tiga kali lebih jernih dibandingkan sebelum adanya kerang,” kata Drebert lagi.

Quagga menjadi spesies yang membantu mereka dapat melihat bangkai kapal di kedalaman hampir 300 kaki tanpa lampu tambahan. Tetapi karena quagga juga membuat identifikasi bangkai kapal menjadi sangat sulit.

“Kerang quagga perlahan tapi pasti menyebabkan kerusakan kapal. Mereka memiliki tonjolan kecil berbulu yang disebut benang byssal yang mereka gunakan untuk menempel pada permukaan, kemudian menembus kayu, sehingga menyebabkan kerusakan,” papar Drebert.

Dalam beberapa kasus, berat jutaan kerang dapat menyebabkan komponen kapal, atau bahkan seluruh kapal runtuh.

Untuk mengidentifikasi kapal tersebut, pembuat film meminta bantuan sejarawan, Patrick Folkes, dan arkeolog kelautan, Scarlett Janusas.

Salah satu petunjuknya adalah ukuran bangkai kapal yang sangat besar, yaitu panjang 45 meter, lebar 8 meter, dan tinggi 4 meter.

Ada juga tumpukan batu bara di sekitar kapal, muatan yang sama yang dibawa oleh Africa dan Severn pada malam yang menentukan itu.

Setelah mengidentifikasi bangkai kapal itu sebagai Africa, Drebert sekarang dapat menjelaskan misteri mengapa dia tenggelam, membawa 11 awaknya bersamanya.

“Africa tenggelam saat terjadi badai salju di awal musim. Angin kencang menghantam kapal, mendorongnya ke dalam gelombang, dan menyebabkan kapal terisi air,” kata dia.

Ada beberapa kerusakan lambung kapal, namun hal itu bisa jadi disebabkan karena kapal yang tenggelam di dasar danau. Kemungkinan besar, air yang dibawanya menyebabkan Africa terpuruk.

Dalam film dokumenter mereka, All Too Clear, Melnick dan Drebert mengeksplorasi bagaimana quagga merekayasa ulang ekosistem Great Lakes dalam skala yang belum pernah terlihat sejak menyusutnya gletser.

“Sebelum menjelajahi Africa, pekerjaan kami berfokus pada dampak ekologis dari kerang, yang telah menghancurkan perikanan di sekitar danau. Kami belum mempertimbangkan dampaknya terhadap warisan budaya kami,” ucap Melnick.

Dibangun pada 1873, Africa membawa batu bara dari kota Ashtabula, Ohio, AS, ke Owen Sound di Ontario, Kanada, ketika kapal itu tenggelam.

Kerang quagga berasal dari wilayah Laut Hitam dan terdaftar sebagai ‘alien bagi Amerika Utara’ di situs web US National Park Service.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement